Tes SQ : Puluhan Nabi yang Diturunkan Tuhan ke Bumi, Gagal Membuat Punah Satupun Maksiat Paling Primitif, Mengapa?

Dogma yang Mengkampanyekan dan Mengkompromikan Penghapusan / Pengampunan / Penabusan DOSA justru Melestarikan Dosa dan Maksiat, Alih-Alih Melenyapkannya dari Muka Bumi

Hanya seorang PENDOSA, yang Butuh PENGHAPUSAN DOSA (Abolition of Sins)

Dosa dan Maksiat begitu Membuat Kecanduan para Pemeluk Ideologi Penghapusan Dosa (Pecandu Dosa & Maksiat = Pecandu Penghapusan Dosa)

Ketika Tuhan Butuh Melestarikan Dosa dan Maksiat agar Agama Samawi Banyak Peminat, Pemeluk, dan Pecandunya

Question: Konon, menurut agama kristiani, sudah banyak, setidaknya enam nabi yang pernah diutus Tuhan ke dunia manusia. Bahkan, menurut agama islam, sudah dua puluh empat nabi yang dikirimkan Tuhan ke dunia. Namun mengapa dosa dan maksiat yang paling primitif sekalipun, macam mencuri dan berzina ataupun berjudi, masih ada sampai sekarang dan sama sekali tidak ada tanda-tanda kepunahan maksiat-maksiat tersebut, justru kian menjadi-jadi tidak terbendung?

AGAMAIS “Agama DOSA”, Semakin Agamais maka Semakin Menjelma Malapetaka Bagi Dunia

Indonesia adalah Negara Agamais, namun Penjaranya Selalu PENUH, Overcapacity

Question: Indonesia adalah negara agamais, namun mengapa penjaranya selalu penuh sesak oleh kriminil? Apakah negara kita di Indonesia tercinta ini, kekurangan agamais? Negeri kita tidak pernah kekurangan agamais maupun para kriminil. Sebulan berpuasa, konsumsi meningkat drastis saat bulan ramadhan, ajang narsis minta dihormati, kerja malas-malasan dengan alasan berpuasa, menuntut diberikan tunjangan hari raya, lalu mengharap dosa-dosa selama satu tahun dihapuskan. Kalau begitu, untuk apa kita menghormati orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan? Kabar gembira bagi pendosa, sama artinya kabar buruk bagi kalangan korban-korban para pendosa teserbut. Bukankah hanya seorang pendosa, yang butuh penghapusan dosa?

Contoh Nyata Manusia Bisa Gemar Menyakiti dan Mencelakai Dirinya Sendiri

Bila Memang Ada yang Disebut “AKU”, Maka Bukanlah Karakter “AKU” untuk Menyakiti dan Mencelakai Diri-“NYA” Sendiri

Pada awal tahun 2024, pemerintah menerapkan cukai terhadap minuman berpemanis dalam kemasan. Ketika masyarakat berperilaku irasional yang cenderung menyakiti dan merusak dirinya sendiri akibat gempuran produk-produk tidak sehat maupun iklan dan budaya yang kurang sehat, maka negara harus hadir. Pada tahun 2023, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan survei terhadap kebiasaan konsumen Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, dimana pihak Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, menerangkan bahwa survei dilatar-belakangi oleh fenomena konsumsi minuman dalam kemasan yang kian mengkhawatirkan.

Pandangan yang Lebih Objektif Konflik Abadi (yang Dipelihara) HAMAS-PALESTINA Vs. ISRAEL

Isu Konflik Berdarah yang Dipelihara, sebagai Justifikasi untuk Mengobarkan Ideologi Kebencian dan Propaganda Penuh Semangat Permusuhan

Dikeruhkan oleh Sentimen Keagamaan, Manusia menjadi Budak dari Ideologi Bernama Agama

Pernahkah Anda merasa atau setidaknya mengamati, bahwa bangsa kita, Bangsa Indonesia, merupakan bangsa yang tergolong munafik? Justru karena penulis lahir dan tumbuh besar hampir separuh abad lamanya di Indonesia, penulis memahami serta bersentuhan langsung dalam keseharian dengan tabiat, karakter, maupun kebiasaan masyarakat Indonesia, sehingga otokritik ini disusun secara “as it is”. Masyarakat kita di Indonesia, “mendadak humanis” ketika dihadapkan pada isu konflik bersenjata antara Hamas (Palestina) Vs. Israel, dimana dari berbagai pemberitaan yang selama bertahun-tahun ini dapat kita cermati, konflik berdarah selalu terlebih dahulu dipicu oleh provokasi pihak Hamas yang melontarkan roket ke pemukiman warga Israel. Apapun atau siapapun yang menyulut dan menabuh genderang peperangan, selalu saja Israel yang dikritik dan dicela.

Mengapa Sang Buddha Begitu Hebat dan Patut Dikagumi? Ini Penjelasannya

Banyak atau Sedikitnya Umat Pengikut, Sang Buddha tetap Hidup Bersahaja dan Tetaplah Keren

Betapa hebatnya Sang Buddha, melepas kehidupan duniawi yang makmur dan mewah dari seorang pangeran bernama Siddhatta Gotama, yang bisa saja menerima warisan berupa tahta dan singgasana kekuasaan, akan tetapi setelah melihat fenomena sosial berupa “menjadi tua, sakit, dan meninggal dunia”, lantas memberanikan diri memilih untuk mengenakan jubah dan hidup sebagai seorang petapa pengembara yang hanya memiliki harta berupa jubah dari kain bekas serta bowl untuk ber-pindapata, bahkan berjalan tanpa alas kaki dan tidur di alas yang sederhana, dimana Sang Buddha hanya makan satu kali dalam sehari—bahkan saat masih sebagai petapa muda, hampir tewas akibat praktik latihan tapa ekstrem sehingga wujud petapa Gotama nyaris menyerupai kerangka tulang-belulang (kurus-kering) dalam rangka menyiksa diri dengan harapan mencapai kebebasan dan pencerahan. Narapidana yang menghuni di penjara, bila sampai tersiksa seperti itu, mungkin akan lebih memilih untuk dihukum mati seketika daripada tersiksa hingga hampir berwujud tulang-belulang.

Pamer Mukjizat untuk Menjaring Umat, itu namanya JUALAN AGAMA alias MENJUAL AGAMA

Agama Kristen Menjual Agamanya lewat Sulap Trik Mukjizat Murahan, KAMPUNGAN

Mengapa Tidak Sekalian Pemuka Agama Kristen Bermain Akrobatik dan Topeng Monyet, agar Lebih Atraktif Menjaring Peminat?

Bukankah kampungan namanya, bilamana suatu pemuka agama pamer “mukjizat” (penuh rekayasa dan tipu-muslihat) menyerupai sulap, dimana para badut-badut berpura-pura sakit, lalu simsalabin menjadi sembuh semudah dan seinstan klaim beriman kepada Tuhan? Faktanya, di negara-negara Barat dimana agama Kristen tumbuh dan berkembang, banyak dapat kita jumpai rumah-sakit dimana para pasien penghuninya ialah orang-orang Kristiani? Bisakah orang-orang Kristen tersebut menyembuhkan penyakit berupa usia menjadi tua, penyakit khas usia umur tua seperti osteoporosis (tulang keropos), gigi tanggal, patah tulang, demensia (pikun hingga alzheimer), maupun penyakit berupa kematian?

AGAMA LIP SERVICE, Agama bagi para PEMALAS dimana Para PEMALAS menjadi Umat Pemeluknya

STANDAR GANDA Umat Kristiani

Orang Kristen “Besar Mulut” dan “Banyak Bicara”, namun NIHIL Tanggung-Jawab ketika Mereka telah Merugikan, Melukai, ataupun Menyakiti Orang Lain

Umat Kristen yang Berhutang Tanpa Bayar (Dosa), namun Kreditor Disuruh Menagih ke Yesus yang Kini Melarikan Diri—Tidak Jelas Ada Dimana Batang Hidungnya karena Disuruh Menebus Hutang-Hutang para Kristen

Ketika seorang pria melamar seorang gadis, ekspresi cinta dan rasa suka disimbolikkan lewat sekuntum ataupun seikat bunga. Mengungkapkan apresiasi dan kebanggaan, diberikanlah medali atau piala. Cincin perkawinan saling diberikan antar mempelai / pasangan sebagai tanda ikatan pernikahan. Menghormati jasa-jasa para pahlawan, kita memberi hormat kepada bendera negara. Untuk memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada sang Guru Agung yang menjadi guru para manusia dan para dewa, Buddha Gotama, kita membangun Buddha rupang. Untuk mengekspresikan rasa kasih sayang, kita memberikan dan diberikan coklat yang manis dan indah. Untuk membantu kesembuhan fisik mereka yang kita kasihi, kita memberikan obat tablet ataupun herbal, bukan sekadar ucapan “cepat sembuh”. Seorang majikan, sebagai rasa apresiasinya, tidak sekadar “lip service” berupa ucapan “terimakasih” kepada pegawai maupun pekerja yang telah bekerja padanya—apa susahnya sekadar “lip service”?—namun memberikan mereka upah maupun kompensasi berupa uang secara patut dan layak.

Ibadah Versi Agama Samawi Vs. Agama Buddha, Pilih Ritual ataukah AKSI NYATA?

Ritual SEMBAH SUJUD Ribuan Kali Setiap Hari Sekalipun, KEBODOHAN DIBALIK JIRIH-PAYAH YANG SIA-SIA

Agama Bagi Para Pemalas, SIA-SIA Belaka

Question: Terdapat agama-agama samawi, yang mana keyakinan dogmatisnya mengajarkan kepada para umat pemeluknya bahwa yang disebut beribadah ialah ritual sembah-sujud, dimana semakin banyak dan semakin rajin sang umat melakukan praktik ritual sembah-sujud, maka semakin mereka mendekati akhir dari derita, yang entah mereka sebut dan yakini sebagai surga ataukah akhir dari penderitaan yang final, alias abadi berbahagia di surga sebagai buahnya. Apakah hal demikian logis, atau tidak? Bukankah ketika kita menyeleksi calon pegawai pun, kita justru kian mewaspadai orang-orang (calon pelamar) yang sudah jelas-jelas tidak baik dan tidak jujur, namun pandai dalam berbicara yang manis (bermulut manis), alih-alih memilih mereka sebagai bagian dari perusahaan kita?

Kondisi Pendosa Penghuni ALAM NERAKA, menurut Buddhisme

Makin Banyak Dosa Bertumpuk, Semakin Lama Tersiksa di Alam Neraka

Penghuni Surga dan Neraka, Tidaklah Kekal Abadi di Alam Surga maupun Neraka, Sepanjang Karma Baik ataupun Buruk Mereka Masih Tersisa

Tidak Ada yang dapat Benar-Benar Kita Curangi dalam Hidup Ini. Menyadari Bahaya Dibalik Perbuatan Jahat, agar Kita Tidak Egois terhadap Masa Depan Diri Kita Sendiri

Question: Seperti apa, alam neraka menurut Agama Buddha, apakah sama dengan ajaran agama-agama lainnya?

MISI MISIONARIS & PENYELAMATAN dalam Buddhisme

Penyelamatan Temporer Vs. Penyelamatan Abadi, Pilih yang Mana?

Zaman yang Lebih Jahiliah daripada Jahiliah bagi Para Pendosa yang Jahil

Penghuni Surga Tidaklah Kekal, Bukan Tujuan Tertinggi Pencapaian Kultivasi Tingkat Kesucian dalam Buddhistik

Question: Dalam agama-agama samawi, mereka mempromosikan konsep-konsep tentang keselamatan, seperti menjual istilah “juru selamat” namun disaat bersamaan si “juru selamat” secara penuh dengki melemparkan umat lain agama ke dalam api neraka, meski anehnya mengobral murah alam surgawi, dimana para pendosa penuh-sesak menyesaki surga lewat iming-iming ideologi korup bernama “penghapusan / pengampunan dosa” maupun “penebusan dosa”, dimana para pendosa berlomba-lomba dan berbondong-bondong mengoleksi dosa, menikmati dosa, memproduksi dosa, berkubang dalam dosa, menimbun diri dengan dosa, sehingga dari semula tiada pendosa yang yakin akan masuk surga setelah ajal menjemputnya, kini para kalangan pendosa merasa “merugi” bila tidak berbuat dosa plus tidak menikmati “abolition of sins” ini, sehingga bukanlah itu lebih jahiliah daripada zaman jahiliah?

Perintah Menumpahkan Darah dan Menyembelih Leher Anak Kandung Sendiri, apakah Perintah Tuhan ataukah Bisikan Setan?

Takwa dan Patuh, ataukah Buta, Membutakan, Buta Diri, dan Dibutakan?

Hanya Mereka yang Bermental Haus Darah, yang Bangga dan Senang Menyembelih dan Menumpahkan Darah, bahkan terhadap Anak Kandung Sendiri

Question: Ada agama samawi yang bahkan merayakan dan mengkampanyekan serta mempromosikan kegilaan menyembelih dan merampas hidup anak sendiri, sampai-sampai menjadi justifikasi praktik jahat “black magic” atau ilmu hitam seperti pesug!han dengan menumbalkan atau mengorbankan hidup anak kandungnya sendiri. Sebenarnya itu memang bisikan Tuhan, yang memberi perintah untuk menyembelih anak kandung sendiri, ataukah bisikan setan? Semua dukun jahat, mengaku kemampuan ilmu saktinya untuk memanipulasi dan merugikan hingga mencelakai hidup orang lain, adalah dari Tuhan, namun ternyata bersekutu dengan setan jahat.

Belajar dan Memahami Hukum Karma Bukanlah untuk Menghakimi Nasib Buruk Orang Lain ataupun Menyombongkan Nasib Baik Diri Sendiri

Ketika Karma Baik (Kebetulan) sedang Berbuah, Tidak Tergoda untujk Bersombong Diri ataupun Menyalah-Gunakannya. Ketika Karma Buruk sedang Berbuah, Tidak Terjebak dalam Rasa Rendah Diri dan Tidak Berputus Asa

Belajar Hukum Karma adalah untuk Introspeksi Diri, Bukan untuk menjadi Hakim bagi Individu Lainnya

Yang Menghakimi Orang Lain, Kelak akan Dihakimi sebagai Buahnya

Dalam sutta tentang “perenungan untuk kerap kali kita lakukan”, Sang Buddha membabarkan tentang salah satu petikan perihal Hukum Karma, yakni kita semua, tanpa terkecuali, baik makhluk di alam neraka, alam setan, alam hewan, alam manusia, alam dewa, alam brahma, terlahir dari perbuatan sendiri, berkerabat dengan perbuatan sendiri, mewarisi perbuatan sendiri,  serta berhubungan dengan perbuatan mereka sendiri masing-masing. Yang menyakiti, akan memetik buah disakiti di masa depan maupun kehidupan yang akan datang, pun sebaliknya yang menolong maka akan ditolong dan tertolong. Sutta ini dikenal seluruh umat Buddhist dalam tradisi Buddhistik Theravada di dunia, dengan istilah dalam Bahasa Pali yang lebih dikenal sebagai “kamma yoni kamma bandhu”—selengkapnya “kamma·dāyādo. I am a heir to my kamma, ; kamma·yoni. I am born [in this life] from my kamma, ; kamma·bandhu. I am the kinsman of my kamma”.

Benarkah Ajaran Buddha Terlampau Idealis sehingga Tidak Bisa Dijalankan Umat Manusia?

Yang Ekstrem bagi Kita Belum Tentu Ekstem di Mata Orang Lain

Question: Ada orang-orang yang mengatakan bahwa Buddhisme sebagaimana diajarkan oleh Sang Buddha, bahkan oleh sebagian umat Buddhist sendiri, adalah terlampau idealis sehingga tidak dapat dijalankan oleh umat manusia maupun para siswa-siswi-Nya. Benarkah demikian ataukah itu hanya alasan untuk pembenaran diri atas perbuatan-perbuatan buruknya yang gagal mengendalikan diri akibat tidak membiasakan diri berlatih agar terlatih pengendalian diri dalam keseharian?

Agamais namun Suka Main Kekerasan Fisik dalam Menyelesaikan Setiap Masalah

Budaya Kekerasan Fisik dalam Menyelesaikan Setiap Masalah, merupakan Cerminan Mentalitas “Premanis”, alih-alih “Tuhanis” maupun “Humanis”

Jangan Bersikap seolah-olah Tidak Ada Cara yang Lebih Kreatif dalam Menyelesaikan setiap Masalah selain “Main Kekerasan Fisik”

Question: Mengapa juga ya, orang Indonesia identik dengan masyarakat yang “agamais”, dimana Indonesia tidak pernah kekurangan orang-orang yang “agamais” dalam artian mengaku ber-Tuhan serta rajin beribadah bahkan juga menjadi pemuka agama, namun wajah bangsa kita dikeseharian kerap kali menampilkan corak “suka main kekerasan fisik” juga tidak takut berbuat dosa seperti merugikan, melukai, ataupun menyakiti individu lainnya? “Agamais” maka semestinya “humanis”, mengapa ini justru budayanya mirip seperti “hewanis”?

SELF-CONTROL, Itulah Sumber SURGA DUNIA

Contoh dan Makna NERAKA DUNIA

Manusia yang Seakan Terbakar Api Neraka (NAFSU TIDAK TERKONTROL, Ibarat Api yang Disiram Bensin)

Terhadap Dosa dan Maksiat, demikian Kompromistik. Namun mengapa terhadap Pluralisme dan Kemajemukan Umat Beragama, demikian Intoleran?

Question: Maksudnya apa, ada yang bilang “mirip neraka dunia”?

Don't Clap One Hand. Jangan Bertepuk Sebelah Tangan

HERY SHIETRA, Don't Clap One Hand. Jangan Bertepuk Sebelah Tangan

When others treat us unfairly,

Then we also need to treat them unfairly.

It’s not because we want to be bad like them, those bad people,

But we become mirrors that simply reflect what other people have done to us.

Agama yang Optimis Vs. Agama yang Pesimis

Agama yang Menjual dan Mengumbar Iming-Iming Bukanlah Agama yang Positif-Optimis, namun DELUSIF bagi para Pemimpi

TRUTH ALWAYS BITTER, sementara Itu Iming-Iming Selalu MANIS. Namun, yang Manis Jangan Langsung Ditelan, dan yang Pahit Jangan Langsung Dibuang

Mengobral Penghapusan / Pengampunan / Penebusan Dosa bagi para Delusif Penuh Kecurangan serta bagi para Pesimis yang Merasa menjadi Orang Baik Bukanlah Penentu Masuk Surga

Question: Banyak yang mencibir ajaran Buddhist, seolah-olah yang ada hanya kekelaman serta penderitaan, bahwa hidup ini adalah duka. Sebenarnya apa kriteria, sehingga seseorang dapat mengatakan bahwa suatu agama adalah mengajarkan dogma-dogma yang bersifat optimis ataukah sebaliknya, pesimistik?

Makna MISI MISIONARIS, Bukan Jargon ataupun Gimmick, namun Praktik Cara Hidup Umatnya pada Realita

Manakah yang Anda Peluk, Yakini, dan Jalankan : Agama Versi Realita Vs. Agama Versi Fantasi?

4 Jenis Tingkat Karakteristik Kedunguan Manusia

Question: Sebenarnya yang dimaksud dengan “misi misionaris”, apa dan seperti apakah?

Tes SQ : NATAL adalah BERKAH ataukah PETAKA? Juru Selamat ataukah Juru (Pembawa) Petaka?

HARI BERDUKA UMAT MANUSIA YANG DIRAYAKAN DENGAN MERIAH DAN KECERIAAN BAGI MEREKA YANG DUNGU, UNTUK SETIAP TAHUNNYA

Akibat kebodohan batin serta kekotoran batin, si dungu memandang apa yang sebetulnya “petaka”, dianggap sebagai “berkah” dan kemudian mereka peringati serta rayakan sebagai Hari Raya yang dimeriahkan oleh semarak pesta dan segala puji-syukur setiap tahunnya.

Orang Baik bagai Tidak Kasat Mata sehingga Tidak Dihargai oleh Masyarakat, mengapa? Ini Penyebabnya

“Adalah tidak mungkin dan tidak terbayangkan bahwa seorang yang jahat dapat mengenali seorang yang jahat. Juga adalah tidak mungkin dan tidak terbayangkan bahwa seorang yang jahat dapat mengenali seorang yang baik. Adalah mungkin bahwa seorang yang baik dapat mengenali seorang yang baik. Juga adalah mungkin bahwa seorang yang baik dapat mengenali seorang yang jahat.” [Sang Buddha]

Orang Baik Tidak Dihargai karena Orang Jahat Tidak Mampu Melihat Kebaikan akibat Buta Hati

Question: Mengapa ya, orang baik (justru) “sama sekali tidak dihargai”, bukan lagi sekadar “kurang dihargai” oleh orang lain?

BE SMART, not HARD. Bersikap CERDAS, bukan KERAS

HERY SHIETRA, BE SMART, not HARD. Bersikap CERDAS, bukan KERAS

Instead of us choosing to work hard,

Would be ideal,

In many circumstances,

If we choose to work smartly.

Benarkah Agama Samawi Membawa Berkah bagi Umat Manusia?

AGAMA IMING-IMING, Agama yang Mengumbar dan Berjualan Delusi bagi para Pendosa Penuh Khayalan Korup Bernama Penghapusan Dosa bagi Para Pendosa Penuh Dosa

AGAMA SOK TAHU, Khusus bagi para Spekulan yang Merasa Dirinya Paling Tahu Isi Pikiran Tuhan

Question: Negeri ini, Indonesia, tidak pernah kekurangan para “agamais”. Namun mengapa masih banyak juga bencana alam terjadi sepanjang tahun serta setiap tahunnya, silih-berganti seolah tidak kenal henti-hentinya menimpa dengan korban jiwa?

Menyembelih Sesama Manusia, Praktik Ritual Pengorbanan Manusia

PENGORBANAN DENGAN KEKEJAMAN Vs. PENGORBANAN DIRI SENDIRI BEBAS DARI KEKEJAMAN

Question: Mengapa bisa sampai terjadi, pejabat korupsi mengorupsi hak-hak rakyat jelata, ibarat merampok nasi dari piring milik orang-orang yang bahkan lebih miskin daripada sang pejabat-pejabat korup tersebut?

Melawan Arus dan Memahami Bahaya Dibalik Mengikuti Arus

Untuk Apa Belajar Sains ke Kitab Agama, itu Salah Alamat. Belajarlah Sains ke Buku-Buku Sains, bukan justru ke Kitab Agama

Yang Manis (Kenikmatan Duniawi) Jangan Langsung Ditelan, dan yang Pahit (Dukkha Kehidupan) Jangan Langsung Dibuang

Ada orang-orang yang hanya karena membaca ataupun terdapat satu ataupun dua ayat yang tampak seperti ajaran kebaikan pada kitab suatu agama, lantas secara prematur menilai bahwa agama tersebut adalah baik dan layak untuk dipeluk adanya—sekalipun ajaran yang baik tersebut sifatnya umum saja karena juga terdapat di agama-agama lainnya, bahkan norma sosial pun telah mengenalnya sebagai kearifan budaya Timur ataupun semacam hak asasi manusia yang universal sifatnya, dimana disaat bersamaan secara membias para pemeluknya menutup mata dari ajaran-ajaran buruk dan jahat penuh cela moril dalam agama dimaksud.

Memahami Asas Resiprositas / Resiprokal

Prinsip Saling Menghargai antar Umat Beragama secara Bertimbal-Balik, Tidak Toleran secara Bertepuk Sebelah Tangan

Seri Artikel Sosiologi—Anthropologi

Question: Di negara-negara dimana agama Islam adalah mayoritas, para muslim melarang serta memberangus pluralisme ataupun kemajemukan umat beragama. Jangankan jauh-jauh, di Indonesia sendiri, ada banyak kota atau daerah yang melarang pendirian rumah ibadah bagi umat beragama nonmuslim, belum lagi jika kita bicara mengenai berbagai Peraturan Daerah yang bersifat intoleran seperti pemaksaan penutupan rumah makan saat bulan Ramadhan, kewajiban penggunaan kerudung bagi kaum wanita, hingga pemaksaan anak sekolah peserta didik nonmuslim untuk memakai jilbab di Sekolah Negeri.

Kita pun menjadi bertanya-tanya, ini negara hukum, ataukah negara agama? Artinya, negara-negara mayoritas muslim bersikap intoleran dan tidak terbuka bagi kemajemukan umat beragama. Lantas, mengapa justru mereka yang paling keras berteriak perihal Uighur, Rohingya, dan sebagainya, dengan maksud menuntut diberi keistimewaan berupa toleransi untuk beribadah dan mengekspresikan agamanya, bahkan diberi kebebasan untuk menjadi separatis di negara-negara nonMuslim?

Antara Ibadah, Praktik Rituil, Norakisme dan Narsistik-isme

Beribadah secara HENING, Hening itu Indah, Damai, Sakral, Penuh Makna, dan Mendalam

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Question: Mengapa bisa ada agama, yang mana para umatnya ketika beribadah begitu norak dan narsis, sampai-sampai mengganggu ketenangan hidup umat beragama lain, seolah-olah umat agama lain tidak butuh beribadah sesuai keyakinannya masing-masing secara tenang dan bebas dari segala gangguan, tidak terkecuali gangguan yang bersumber dari “polusi suara” (kebisingan atau suara yang keras akibat speaker pengeras suara eksternal tempat ibadah) maupun “polusi sosial” (parkir liar, menutup jalan milik umum, tebaran sampah yang dibuang sembarangan, dsb, yang mengatasnamakan agama) praktik-praktik ritual keagamaan demikian?

Ada sebuah femomena cukup unik yang biasa kita jumpai. Semua orang dari negara asing yang baru kali pertamanya mengunjungi dan menjejakkan kakinya di Indonesia, bukan dibuat kagum oleh ritual serba “berisik” tersebut, namun justru mengundang ekspresi jijik dan heran disamping senyum sinis ketika kita terangkan bahwa itu adalah praktik ibadah kaum agama tertentu, yang akan terjadi sepanjang harinya mulai dari siang hari, sore, bahkan hingga subuh. Ekspresi mereka seolah hendak berkata, bahwa bangsa kita di Indonesia belum dapat disebut beradab adanya.

Maksud MERUGI Tidak Memeluk Agama PENGHAPUSAN DOSA

Agama SUCI, Agama KSATRIA, Vs. Agama DOSA

“Agama DOSA” namun Dilabel Kemasan sebagai “Agama SUCI”

Question: Ada suatu agama tertentu, yang selalu membuat jargon klaim, bahwa adalah “merugi” yang tidak menjadi pemeluk agamanya tersebut. Maksudnya apa itu, kata “merugi” yang selalu mereka dengung-dengungkan kepada publik sebagai alat marketing mereka untuk menghimpun umat?

Mengapa Polisi (Bisa) Sejahat Itu? Ini Alasannya

Mengapa Polisi Lebih Jahat daripada Preman? Preman Tidak Disumpah Jabatan untuk Menegakkan Hukum, namun Polisi Disumpah Jabatan untuk Menegakkan Hukum dan Keadilan serta Diberi Gaji dari Pajak yang Dibayar Masyarakat maupun Memonopoli Penegakan / Akses Pidana

Polisinya Saja Jahat, bagaimana Penjahatnya?

Question: Polisi ada di sumpah jabatan untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, mengenmban amanat sebagai aparatur penegak hukum. Namun, mengapa justru polisi itu sendiri yang kerap melanggar hukum? Lihat saja berbagai “sarang” para polisi berkantor dan bermarkas, semisal Kantor Polisi, tempat pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) ataupun STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), banyak terjadi pungutan liar, penyalahgunaan kekuasaan, maupun ajang pamer kekuasaan dan arogansi kalangan kepolisian. Bila di “sarang” polisi saja banyak kejahatan, terjadi secara masif dan terang-terangan, apa yang dapat kita harapkan dari keberadaan polisi di negeri ini?

Sekarang ini bahkan ada tragedi kemanusiaan, dimana Kepala Divisi Propam POLRI yang menjadi penegak etik, panutan, serta menjadi suri teladan tertinggi kalangan profesi polisi, justru memerintahkan anak buahnya yang juga anggota polisi, bahkan para petinggi kepolisian, untuk melakukan pembunuhan berencana terhadap warganegara lainnya. Anehnya, yang tidak masuk diakal ialah, mengapa polisi yang punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menegakkan hukum, bahkan memonopolinya, justru “main hakim sendiri” dan melanggar hukum? Bagaimana masyarakat mau diharapkan untuk patuh terhadap hukum, bila polisinya sendiri saja melanggar hukum?

Keganjilan berikutnya yang tidak dapat diterima oleh nurani masyarakat luas ialah, bagaimana mungkin para polisi maupun perwira polisi yang menjadi bawahan sang atasan, menurut saja dan patuh ketika diperintahkan untuk membunuh alias merampas nyawa dan hidup warga lainnya, entah itu korbannya ialah warga sipil ataupun sesama anggota kepolisian? Jangan-jangan disuruh untuk lompat ke jurang dan ke neraka pun, mereka menurut dan patuh saja secara membuta. Kultur patuh dan menghamba pada iblis yang memberikan perintah jahat, bahkan melanggar tugas dan kewenangannya, menyalahgunakan kekuasaannya, “yes man” ABS—asal Bapak senang, sebenarnya apa akar penyebabnya?

Kita Bisa Bertekad dan Membuat Tekad untuk Pengondisian Kelahiran Kita Berikutnya

Karena Ada KEMATIAN, maka Ada KELAHIRAN

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Question: Banyak sekali kejahatan dan pelaku kejahatan di republik ini, sementara itu polisi tidak bisa diandalkan, lebih sering mengabaikan dan menelantarkan aduan ataupun laporan korban dan masyarakat. Apakah dimungkinkan menurut hukum tumimbal lahir, untuk bertekad agar saya dikehidupan berikutnya, saat meninggal dunia dan terlahirkan kembali, diri saya ini bisa rebirt atau reborn sebagai seorang penegak hukum yang benar-benar dapat diandalkan oleh masyarakat untuk memberantas kejahatan?

Pejalan Kaki Vs. Banteng dan Kuda BESI (Pengendara Mobil dan Motor)

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Question: Tidak mudah menjadi seorang pejalan kaki di negeri ini (Indonesia), kondisi jalan umumnya tidak layak dan tidak manusiawi (tidak pejalan kaki “friendly”). Ketika mendapati kondisi berat jalanan seperti adanya lubang ataupun ranting-ranting terjuntai di pinggir jalan ataupun atap-atap rumah di sisi kiri jalan yang pendek tingginya sehingga berpotensi melukai mata kami sebagai pejalan kaki yang berpostur tubuh tinggi, yang terpaksa dalam beberapa kesempatan karenanya harus bergeser ke bahu jalan agak ke tengah, pengendara kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat seketika mengklakson saya, bahkan tidak jarang memaki atau menatap ganas kepada saya selaku pejalan kaki.

Mereka bersikap seolah pejalan kaki menghalangi jalan mereka dan menjadi kasta paling rendah yang tidak berhak atas jalan (milik) umum. Namun tidak lama kemudian, tidak jauh dari ruas jalan yang sama, saya berjalan persis di sisi kiri bahu jalan, akan tetapi masih juga diklakson oleh pengedara dari arah belakang. Pejalan kaki sungguh-sungguh menjadi kalangan minoritas di republik (Indonesia) ini, mungkin karena trauma menjadi pejalan kaki yang selalu lemah jika menghadapi kuda atau banteng besi.

Jika pejalan kaki hendak memaki atau meneriaki mereka, pejalan kaki yang dipandang “tidak waras”, sementara itu mereka seenaknya dapat mengklaksoni seorang pejalan kaki dengan begitu kerasnya tanpa rasa malu ataupun bersalah, untuk mengintimidasi ataupun meminta didahulukan oleh pejalan kaki. Semestinya mereka merasa malu, namun dasarnya bangsa yang memang tidak punya rasa malu, bahkan justru meminta didahulukan oleh pejalan kaki.

Semestinya memberi jalan, bukan justru merampas hak pejalan kaki. Bagaimana kata-kata yang tepat dapat seorang pejalan kaki utarakan kepada mereka, bila mereka masih juga menuding pejalan kaki sebagai pengganggu ataupun penghalang jalan mereka? Karena jalan (milik) umum (selama ini) didominasi pengendara kendaraan bermotor, maka mereka berdelusi bahwa jalan umum adalah jalan milik mereka, para pengendara, bukan jalan milik pejalan kaki. Bukankan itu tidak logis serta tidak etis? Mengapa bangsa yang katanya tekun dan rajin beribadah ini, bahkan tidak tahu apa itu “etika berkendara”? Jangankan bersikap Tuhanis kepada Tuhan, bersikap humanis kepada sesama manusia pun mereka gagal.

Appreciating Life and Being Happy, is a Must. Menghargai HIdup dan Berbahagia, adalah Keharusan

HERY SHIETRA Appreciating Life and Being Happy, is a Must. Menghargai HIdup dan Berbahagia, adalah Keharusan

Having wise close people,

And sincerely love us,

It is a valuable condition,

We should be grateful and appreciate,

And maintain such positive relationships,

So that it doesn’t become extinct.

Jangan Bersikap Seolah-Olah Hanya Anda yang Berat dan Letih Mencari Uang

SEBELUM MEMINTA DIMAKLUMI, MAKLUMI DAHULU ORANG LAIN

Pada suatu pagi menjelang siang, saat hendak memasuki rumah untuk mengambil air, di depan gerbang kediaman penulis, melintas seorang bapak yang memikul tikar jualannya yang ia jajakan sepanjang jalan dengan berjalan kaki—“kerja keras”, alih-alih “kerja cerdas”, dimana yang bersangkutan bisa saja meminjam modal usaha untuk membeli sepeda dalam rangka berjualan tikar tanpa harus memikul tikar dagangannya.

The Paradox of Freedom, Responsibility, and Self-Control. Paradoks tentang Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Pengendalian Diri

HERY SHIETRA, The Paradox of Freedom, Responsibility, and Self-Control. Paradoks tentang Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Pengendalian Diri

For whose benefit and good,

Those freedom,

Responsibility,

And self-control?

When freedom,

Tend to lead us astray,

So we need to learn about self-control.

Gado-Gado Carina Bojong Indah, HARAM (BERACUN & JOROK TIDAK DICUCI, BUMBUNYA PESTISIDA PLUS KUMAN PENYAKIT)

Gado-Gado Carina, Bojong Indah, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Bumbunya PESTISIDA, TOXIC! BERACUN! Halal ataukah Haram?

Gado-Gado Carina Menjual RACUN untuk Dimakan Konsumennya yang Bayar Mahal!

Gado-Gado Carina JUAL MAHAL NAMUN JUSTRU MERUSAK DAN MENCELAKAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KONSUMENNYA, DURHAKA, PENDOSA, JAHAT!

Hargai serta Optimalkan Potensi dan Bakat Diri Kita Sendiri, dengan Tetap Berwelas-Kasih terhadap Kekurangan dan Kelemahan Diri Kita

SENI SOSIAL

Berfokus pada Kelebihan dan Keunggulan Diri alih-alih Berjibaku pada Kekurangan dan Kelemahan

Prestasi-Prestasi yang Dimiliki Orang-Orang Besar, mampu Menutupi Berbagai Kekurangan Dirinya. Karenanya, Optimalkanlah Berbagai Keunggulan, Bakat, dan Potensi Diri Kita—alih-alih Bergelut dan Berjibaku pada Kelemahan Diri Kita

Question: Sebagai angkatan kerja yang tergolong masih sangat muda, mengapa saya merasa adanya ketidak-cocokan dengan berbagai pemilik perusahaan tempat saya mengajukan lamaran kerja? Mereka lebih banyak mencoba menggali kelemahan-kelemahan dan kekurangan saya ketimbang lebih ingin mengetahui maupun mengeksplorasi apa yang menjadi keunggulan dan kelebihan-kelebihan saya. Apa hanya saya sendiri saja yang “aneh” dengan perasaan semacam ini, atau memang lazim adanya dijumpai orang-orang seusia saya?

Agama Islam juga Mengenal Sistem Kasta Penggolongan Masyarakat

SENI SOSIAL

Agama Islam Mengenal dan Melestarikan Sistem KASTA, Kasta Pendosa-Penjilat, Kasta Kafir, dan Kasta Budak Seksuil

Question: Apakah ada agama lain diluar Agama Hindu, yang juga mengenal pembagian kelompok strata sosial masyarakatnya ke dalam segregasi semacam sistem kasta seperti pengotak-kotakan kaum di India yang masih berlangsung hingga dewasa ini?

TAMU yang Wajib Tunduk, Patuh, serta Menghormati Aturan Milik TUAN RUMAH, Bukan Sebaliknya. Kasus PENIPUAN Johnsen Tannato

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi

Johnsen Tannato, Gembel Sinting PENIPU yang Tidak Mau Bayar SEPESER PUN namun Mengklaim Dirinya sebagai Konsumen yang Merasa Berhak Meminta Dilayani oleh Profesi Konsultan yang ia PERKOSA dan PERBUDAK

Question: Ketika menghadapi orang-orang “irasional” dan “arogan” (orang-orang yang “sukar”) yang suka memaksakan kehendaknya sendiri dan tidak bersikap profesional, tidak mampu menghormati ataupun menghargai profesi orang lain maupun tuan rumah ketika bertandang, sebaiknya apa yang perlu kita utarakan agar sikap irasional mereka tidak semakin menjadi-jadi dan merongrong serta meresahkan pemilik rumah ataupun pemilik usaha?

JIka Anak Kandung Sendiri saja Mau dan Tega Disembelih Demi EGO, apalagi terhadap Orang Lain

SENI SOSIAL

Ada Beda antara Godaan Setan dan Cobaan Tuhan, namun Sama-Sama Berupa Bisikan Gaib

Menyembelih dan Mengorbankan Anak, Bukanlah Cinta, namun EGO

Question: Mengapa orangtua bisa begitu egoisnya kepada anak kandung sendiri? Apakah hanya anak, yang bisa durhaka?

Hidup adalah Perjalanan Mendidik Diri Kita Sendiri, Mengikis Sifat dan Pola Pikir Irasional

SENI PIKIR & TULIS

Akibat Cara Berpikir yang Irasional, Kita Memandang yang Tidak Penting sebagai Penting, dan yang Berharga sebagai Tidak Berharga

Kita Tidak Terlahir dalam Kondisi Rasional, Namun Irasional

Masih jelas dalam ingatan penulis, ketika penulis masih seorang bocah kecil yang bodoh, banyak sekali barang-barang yang penulis “bocah” lekati label sebagai “barang milik aku”, lalu melekat erat terhadapnya sedemikian rupa hingga menyerupai “posesif” yang agresif sifatnya. Ketika barang “milik aku” itu rusak karena suatu hal terutama kerusakan mana diakibatkan oleh perbuatan orang lain, penulis “bocah” menjadi ngambek, marah, hingga mengamuk, seolah-olah ada anggota tubuh penulis yang telah dilukai dan disakiti. Memiliki barang, ibarat membuat diri kita menjadi ringkih dan riskan, ketika barang tersebut rusak atau dirusak oleh orang lain, kita merasa seperti ada anggota tubuh kita yang terluka sehingga kita merasakan sakit dan menderita. Orang-orang yang memiliki banyak kepemilikan tanah tersebar di berbagai kota dan daerah, ketika terdapat satu saja objek tanah miliknya diserobot oleh pihak lain, maka ia akan merasa seolah ada bagian dari tubuhnya yang telah diamputasi, dicuri darinya, dan terluka berdarah.

Sesama Pendosa / Penjahat Biasanya Saling Kompromistis

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi

Question: Mengapa ada orang, yang mengakunya orang baik, tapi kok suka marah-marah?