Don't Clap One Hand. Jangan Bertepuk Sebelah Tangan

HERY SHIETRA, Don't Clap One Hand. Jangan Bertepuk Sebelah Tangan

When others treat us unfairly,

Then we also need to treat them unfairly.

It’s not because we want to be bad like them, those bad people,

But we become mirrors that simply reflect what other people have done to us.

If the person does not like being treated unfairly,

Why does he treat us unfairly?

If they want to be treated fairly,

But at the same time they themselves treat us unfairly,

That is what is meant by an egoistic mentality,

Which is reflected through the attitude of “want to win alone”.

That’s why,

We need to be unfair to them,

So that their unfair attitudes are not “one hand clapping”.

Injustice begets injustice,

So that they can reflect,

What is reflected in the mirror,

Nothing but the same actions as they do to others.

When we’re fair,

Meanwhile, other people are unfair to us,

That is what is called being fair which is “one hand clapping”,

Unhealthy fairness,

Where will only harm ourselves in the estuary.

When someone breaks his promise to us,

So do we have to stick to what we promised them, promises to keep?

When someone lies to us,

Then do they deserve to get honesty from others?

Lying begets honesty,

Lies which answered with our honesty,

That name is not educational and disproportionate in its place.

When someone violates the rules of playing chess while playing chess with us,

So will you still insist on following the rules of playing the game on the chessboard?

Obviously you will come out as the loser against those who do not respect the existing rules of the game.

None of this is about being fair or unfair,

Evil or good,

Right or wrong,

Bent or straight,

Healthy or broken,

However, regarding the principle of reciprocity,

Which means mutual reciprocity.

People who are honest with us,

It is appropriate and deserves to be treated honestly.

It is the right of honest person,

That is treated honestly.

People who never hurt or harm others,

Will be angry when he is hurt or harmed by others,

Because they themselves have the right not to be hurt or harmed by other people.

There are two kinds of delusional person,

Namely those who after doing evil then hope to receive goodness or even be put into the heavenly realms after their death,

As well as those who repay evil with good, in the hope that the evildoers will stop their crimes against us.

Hence also,

Good people are not to be “easy prey”,

But to be preserved by being treated properly.

Good people have the right to be treated kindly by others.

Just like the Law of Karma,

Just neutral,

Neither good nor bad,

The law of Karma only pays a fair amount of retribution for the actions of the perpetrators.

Where the Law of Karma is the “merit system” itself,

Who planted what

And who deserves what.

Say the Law of Karma does not provide “reward and punishment”,

But just giving a “reward”,

That is, the action is the same as the act of the doer himself,

Like a mirror reflection,

The evildoer will pick and be given a “reward” in the form of being treated badly by other bad people.

“Rewards” will be given to those who deserve it,

Whether it’s a good deed or a bad deed.

So that,

All of this is not about being a bad person, like the bad people who do bad things to us,

But being rational,

That is, to respond appropriately,

Towards what is rightfully given to them,

It’s no exception being fair to ourselves.

© HERY SHIETRA Copyright.

 

Ketika orang lain memperlakukan diri kita secara tidak adil,

Maka kita pun perlu memperlakukan mereka secara tidak adil.

Itu bukanlah karena kita hendak bersikap jahat seperti mereka, para orang jahat tersebut,

Namun kita menjadi cermin yang sekadar memantulkan apa yang menjadi perbuatan orang lain tersebut terhadap diri kita.

Bila orang tersebut tidak suka diperlakukan secara tidak adil,

Mengapa ia memperlakukan kita secara tidak adil?

Jika mereka ingin diperlakukan secara adil,

Namun disaat bersamaan mereka sendiri memperlakukan kita secara tidak adil,

Itulah yang dimaksud sebagai mentalitas egoistik,

Yang dicerminkan lewat sikap “mau menang sendiri”.

Karena itulah,

Kita perlu bersikap tidak adil terhadap mereka,

Agar sikap-sikap tidak adil mereka, tidak “bertepuk sebelah tangan”.

Ketidakadilan yang berbuah ketidakadilan,

Agar mereka dapat bercermin,

Apa yang terpantul dari cermin tersebut,

Tidak lain adalah perbuatan yang sama seperti yang mereka perbuat terhadap orang lain.

Ketika kita bersikap adil,

Sementara itu orang lain bersikap tidak adil terhadap diri kita,

Itulah yang disebut sebagai bersikap adil yang “bertepuk sebelah tangan”,

Sikap adil yang tidak sehat,

DImana hanya akan merugikan diri kita sendiri pada muaranya.

Ketika seseorang mengingkari janjinya kepada kita,

Maka apakah kita harus tetap pada apa yang telah kita janjikan kepada mereka, janji untuk kita tepati?

Ketka seseorang berdusta kepada diri kita,

Maka apakah mereka layak untuk mendapatkan kejujuran dari orang lain?

Dusta berbuah kejujuran,

Dusta yang dibalas dengan kejujuran,

Itu namanya tidak mendidik dan tidak proporsional pada tempatnya.

Ketika seseorang melanggar aturan main catur saat bermain catur dengan diri kita,

Maka apakah Anda akan tetap bersikukuh mengikuti aturan main permainan di atas papan catur?

Jelas Anda akan keluar sebagai pihak yang kalah melawan mereka yang tidak menghormati aturan main yang ada.

Kesemua ini bukanlah perihal adil atau tidak adil,

Jahat ataukah baik,

Benar ataukah keliru,

Bengkok ataukah lurus,

Sehat ataukah rusak,

Akan tetapi perihal asas resiprositas atau resiprokal,

Yang bermakna saling bertimbal-balik.

Orang-orang yang bersikap jujur terhadap diri kita,

Sudah layak dan sepatutnya diperlakukan secara jujur.

Itu menjadi hak orang-orang jujur,

Yakni diperlakukan jujur.

Orang-orang yang tidak pernah menyakiti ataupun merugikan orang lain,

Akan murka ketika dirinya disakiti ataupun dirugikan oleh orang lain,

Oleh sebab diri mereka memiliki hak untuk tidak disakiti ataupun dirugikan oleh pihak-pihak lainnya.

Ada dua jenis manusia yang berdelusi,

Yakni mereka yang setelah berbuat kejahatan lantas mengharap menerima kebaikan atau bahkan dimasukkan ke alam surgawi setelah kematian mereka,

Serta mereka yang membalas kejahatan dengan kebaikan, dengan harapan si pelaku kejahatan akan menghentikan kejahatannya terhadap diri kita.

Karenanya pula,

Orang-orang baik bukanlah untuk dijadikan “mangsa empuk”,

Namun untuk dilestarikan dengan diperlakukan secara baik.

Orang-orang baik memiliki hak untuk diperlakukan secara baik oleh pihak-pihak lainnya.

Selayaknya seperti Hukum Karma,

Sifatnya netral saja,

Tidak baik dan tidak buruk,

Hukum Karma hanya memberi balasan yang setimpal atas perbuatan para pelakunya,

Dimana Hukum Karma merupakan “sistem merit” itu sendiri,

Siapa yang menanam apa,

Dan siapa yang layak mendapatkan apa.

Katakanlah Hukum Karma tidak memberikan “reward and punishment”,

Namun sekadar memberikan “reward”,

Yakni perbuatan yang sama seperti perbuatan sang pelaku itu sendiri,

Bagaikan pantulan cermin,

Si pembuat kejahatan akan memetik dan diberikan “reward” berupa diperlakukan jahat oleh orang jahat lainnya.

Reward” akan diberikan kepada siapa yang layak mendapatkannya,

Baik itu berupa perbuatan baik maupun perbuatan buruk.

Sehingga,

Kesemua ini bukanlah perihal turut menjadi orang jahat seperti para orang jahat yang berbuat jahat kepada diri kita,

Namun bersikap rasional,

Yakni memberikan balasan secara setimpal,

Terhadap apa yang memang sudah selayaknya diberikan,

Tidak terkecuali bersikap adil terhadap diri kita sendiri.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.