Sungguh Kasihan “Tuhan yang Butuh Pahlawan”!
Anda tahu, apa lawan kata dari kata “Tuhan sang Pencipta”? Jawabannya ialah “kehendak bebas” (free will). Karena lawan kata “Tuhan sang Pencipta” ialah “kehendak bebas”, karenanya menjadi mustahil “manusia ciptaan Tuhan” memiliki apa yang dinamakan “kehendak bebas”, mengingat keduanya merupakan dua proposisi yang saling menegasikan satu sama lainnya, yang menurut ilmu logika diistilahkan sebagai “contradictio in terminis” sehingga tidak dapat eksis dalam satu waktu yang bersamaan. Ingat, dogma paling primer dari agama samawi ialah : segala sesuatunya terjadi atas kehendak, rencana, kuasa, serta seizin Tuhan—itulah sebabnya, Tuhan diberi label oleh agama samawi sebagai “Maha Kuasa” (omnipotent).
Tidak sedikit umat agama samawi
yang mengklaim dengan penuh percaya diri, bahwa denyut nadi dan detak jantung
setiap manusia pun untuk setiap detiknya diatur dan ditentukan oleh Tuhan. Artinya,
Anda ketika buang air kecil sekalipun, air seninya bermuncratan ke arah mana
pun akan diatur oleh Tuhan. Bebek peliharaan si Badu akan bertelur berapa butir
hari ini, ayam milik si Didin akan bertelur berapa butir pada hari esok,
termasuk daun-daun yang berguguran di hutam rimba sekalipun, termasuk kesenjangan
sosial-ekonomi—yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin—pun tanpa
terkecuali, diatur dan direncanakan oleh Tuhan yang dalam agama samawi abrahamik
digambarkan sebagai monoteistik, Tuhan yang “kurang kerjaan” dan “tidak boleh
tidur”, dimana “BIG BOSS”-nya Tuhan ialah umat manusia. Sehingga, Tuhan adalah hamba-nya
manusia, bukan sebaliknya. Itulah ketika, Tuhan tersandera oleh ciptaannya
sendiri, bahkan Tuhan tidak boleh berlibur, cuti, terlebih pensiun.
Menurut Anda, alam Neraka
adalah “monumen kegagalan manusia” ataukah justru merupakan “monumen kegagalan
Tuhan yang menciptakan umat manusia lengkap dengan ketidak-sempurnaan moral
manusia”? Ingat bahwa ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa usia umat
manusia sudah sama tuanya dengan usia Planet Bumi ini, ribuan atau bahkan
jutaan tahun lampau, bukan baru tercipta 6.000 tahun yang lampau. Ketika Tuhan masih
juga mencoba-cobai umat manusia yang umurnya sudah sama tua dengan usia planet bernama
Bumi ini, maka itu artinya Tuhan adalah sesosok “Profesor LING-LUNG” (baca : MAHA TIDAK TAHU). Menurut ilmu
logika, adalah mustahil Tuhan mencoba-cobai manusia. Percobaan, hanya mungkin terjadi
oleh yang “NONtuhan” terhadap objek “guinea pig” (kelinci percobaan)
yang bukan ciptaannya sehingga masih butuh eksperimen.
Albert Einstein pernah berkata :
“Melakukan hal yang sama, namun mengharapkan hasil yang berbeda, itu namanya
KONYOL”—yang dapat kita maknai sebagai : melakukan eksperimen yang sama
berulang-ulang, namun mengharap hasil yang berbeda, itu namanya Tuhan yang DUNGU.
Terdapat netizen yang kemudian beralibi, mencoba tampak cerdas meski sejatinya sedang
memamerkan ketumpulan daya berpikirnya, seolah Tuhan butuh pahlawan (tidak ada
yang lebih menyedihkan daripada “Tuhan yang butuh pahlawan”) berupa argumentasi
yang semula tampak intelek, dengan kutipan sebagai berikut:
“Kalo Tuhan mau gak ada cacat, ya Tuhan bikin patung
sama robot aja, gak perlu bikin makhluk hidup yg ada free will. Konsekuensi
free will pasti ada yg nyeleweng dari fitrahnya.”
Oh, jadi sesuatu bisa terjadi tanpa
seizin dan kuasa Tuhan? Berarti Tuhan TIDAK “omnipotent”, tapi “impoten”! Neraka, sejatinya merupakan
MONUMEN KEGAGALAN TUHAN. Ingat kembali postulat paling utama dari dogma agama
samawi : segala sesuatu terjadi atas rencana, seizin, kuasa, dan kehendak Tuhan.
Terlagipula, bukankah pada kodratnya, pendosa masuk neraka? Faktanya, dogma-dogma
agama samawi justru lebih patut diberi label sebsagai “Agama DOSA yang
bersumber dari Kitab DOSA”—karena mempromosikan ideologi KORUP bernama “PENGAMPUNAN
/ PENGHAPUSAN / PENEBUSAN DOSA” (abolition of sins) bagi kaum Pendosawan
(KORUPTOR DOSA) tentunya. Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh “PENGHAPUSAN
DOSA”! Babi, disebut “haram”. Namun ideologi KORUP semacam “PENGHAPUSAN
DOSA” justru dikampanyekan tanpa malu lewat speaker pengeras suara sebagai “halal
lifestyle”.
Siapa
yang menciptakan manusia lengkap dengan segala kebodohan batin, kedunguaan, sifat
jahat, keserakahan, dan ketololannya? JIka bukan Tuhan, artinya Tuhan bukanlah
satu-satunya pencipta di alam semesta ini, namun ada “PENCIPTA lainnya”, yakni
pencipta ketololan para umat manusia. Dengan demikian, pembuat komentar di atas telah
melanggar dogma monotheistik yang menjadi jantung dari agama-agama samawi
mayoritas. Mereka bahkan tidak paham atas apa yang mereka sendiri yakini dan
dalilkan. Mereka, para umat agama samawi, bahkan membuat gambaran betapa “bejat”-nya
Tuhan dengan memasukkan “manusia SAMPAH” bernama “PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN
DOSA” ke dalam surga, alih-alih dibuang ke tong sampah raksasa bernama “NERAKA”—yang
artinya, disaat bersamaan, Tuhan telah merampas hak keadilan yang menjadi hak
prerogatif kalangan korban. Antara “DOSA-DOSA UNTUK DIHAPUSKAN” dan “PENGHAPUSAN
DOSA”, sifatnya ialah bundling.
Dalam tiap-tiap dogma agama
samawi, para pelaku menghindari tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan mereka
sendiri, dengan mengatas-namakan adanya daya paksa diluar kendali mereka. Berikut
Sang Buddha membabarkan, menolak doktrin Theistik: [Khotbah Sang
Buddha dalam “Aṅguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha”, Judul Asli : “The
Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāḷi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom
Publications 2012.]
Para bhikkhu, ada tiga doktrin sektarian ini yang,
ketika dipertanyakan, diinterogasi, dan didebat oleh para bijaksana, dan dibawa
menuju kesimpulan mereka, akan berakhir dalam tidak berbuat. Apakah tiga ini?
Ada para petapa dan brahmana lainnya yang menganut
doktrin dan pandangan seperti ini: Apa
pun yang dialami orang ini apakah menyenangkan, menyakitkan, atau
bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan semuanya disebabkan oleh
aktivitas Tuhan pencipta.
Kemudian, para bhikkhu, Aku mendatangi para petapa
dan brahmana itu yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: Apa pun yang
dialami orang ini apakah menyenangkan, menyakitkan, atau
bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan semuanya disebabkan oleh aktivitas
Tuhan pencipta,
Dan Aku berkata kepada mereka: Benarkah bahwa kalian
para mulia menganut doktrin dan pandangan demikian?
Ketika Aku menanyakan hal ini kepada mereka, mereka
menegaskannya. Kemudian Aku berkata kepada mereka: Kalau
begitu, adalah karena aktivitas Tuhan pencipta maka kalian mungkin melakukan
pembunuhan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan aktivitas seksual,
berbohong, mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, berkata kasar, bergosip;
maka kalian mungkin penuh kerinduan, memiliki pikiran berniat buruk, dan
menganut pandangan salah.
Mereka yang mengandalkan aktivitas Tuhan pencipta
sebagai kebenaran mendasar tidak memiliki keinginan [untuk melakukan] apa yang
harus dilakukan dan [untuk menghindari melakukan] apa yang tidak boleh
dilakukan, juga mereka tidak berusaha dalam hal ini.
Karena mereka tidak memahami sebagai benar dan
sah segala sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, maka mereka
berpikiran kacau, mereka tidak menjaga diri mereka sendiri, dan bahkan sebutan
personal sebagai petapa tidak dapat dengan benar ditujukan kepada
mereka. Ini adalah bantahan logisKu yang ke dua atas para petapa dan brahmana
yang menganut doktrin dan pandangan demikian.