HOAX Terbesar Tuhan : Hidup adalah NIKMAT

HERY SHIETRA, HOAX Terbesar Tuhan : Hidup adalah NIKMAT

Tuhan menurunkan wahyunya kepada umat manusia,

Saya adalah Sang PENCIPTA, menciptakan bumi dan alam semesta serta segala isinya.”

Selayaknya bagi kita,

Umat manusia,

Untuk mulai berani menjawab tegas,

SO WHAT, gitu loh?

Pada saat itulah,

Tuhan benar-benar “gigit jari”.

Anda pun bisa menambahkan,

Tidak pernah saya meminta untuk diciptakan dan bila bisa memilih, maka saya memilih untuk tidak pernah dilahirkan ke alam dunia manapun.

Tuhan pun murka,

Bisa tersinggung layaknya manusia,

Alias menjelma menjadi personifikasi manusia,

Yang mudah ditebak dan untuk disetir emosinya,

Kamu durhaka!

Anda berhak untuk membantah,

Orangtua melahirkan anak dan wajib bertanggung jawab kepada anak, karena anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan.

Tuhan mulai berpikir keras,

Agar manusia ciptaannya mau tunduk dan menggadaikan jiwanya agar bersedia menjadi hamba Tuhan,

Hidup ini adalah NIKMAT.

Itu adalah HOAX terbesar Tuhan. Manusia tidak butuh cobaan, hidup sudah cukup merepotkan. Harus makan berapa kali sehari, harus mandi dan buang air setiap hari, harus bekerja mencari makan setiap harinya, belum lagi bila jatuh sakit, berjumpa dengan manusia jahat ciptaan Tuhan. Gunung api meletus, meletusnya gunung alami adalah alamiah. Gempa bumi, lempeng tektonik bergesekan mengakibatkan gempa, adalah alamiah. Hidup manusia ibarat semut, ringkih tanpa kepastian dan tanpa ada yang bisa digenggam erat terhadap segala sesuatu yang berkondisi.

Kan, ada hal-hal yang nikmat yang bisa dinikmati.

Iya, tapi harganya mahal. Ultra process food, enak tapi tidak menyehatkan. Menikah, konsekuensinya harus mengasuh anak sepanjang hidup, belum lagi resiko penyakit menular seksual, belum lagi resiko anak mengidap penyakit cacat, dan belum lagi anak beresiko tumbuh menjadi anak nakal. Punya banyak aset tanah, sama artinya memecah-belah anak-anak yang kelak menjadi ahli waris yang saling bersengketa memperebutkan warisan. Kenikmatan duniawi, ibarat ular, dipegang ekornya namun kepala sang ular mematuk kita.

Saya, Tuhan, adalah pencipta kamu. Suka-suka saya mau apakan kamu!

Itu namanya OTORITER! Itulah sebabnya, bila boleh memilih, tidak mau saya dilahirkan ataupun diciptakan ke alam dunia manapun, terutama oleh Tuhan yang OTOTIER bak DIKTATOR!

Itu hanya cobaan saja, sehingga manusia menderita di dunia ini.

Tuhan, gelarnya ialah Profesor LING LUNG. Umur umat manusia, sudah sama tuanya dengan usia Planet Bumi ini. Masih perlu dicoba-coba? Memangnya siapa yang menciptakan manusia lengkap dengan segala software yang mengisi kepalanya, sehingga masih perlu dijadikan ‘kelinci percobaan’?

Kan, ada sorga nantinya.

Surga? Isinya surga justru dijejali orang-orang jahat bernama pendosawan, yang mencandu dan kecanduan ‘PENGHAPUSAN DOSA’! Bung, hanya seorang ‘KORUPTOR DOSA’ yang butuh iming-iming KORUP semacam itu!

Itu sih, perbuatan orang-orang jahat.

Oh, jadi sesuatu bisa terjadi, tanpa kehendak, rencana, ataupun izin dan kuasa Tuhan? Berarti Tuhan tidak Omnipotent, namun IMPOTEN!

Kan, bisa melapor atau mengadu kepada Tuhan jika ada kejahatan oleh orang-orang jahat.

Iya, tapi si pelakunya, si pendosawan penjahat ini, adalah ‘PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA’. Artinya, Tuhan lebih PRO terhadap PENDOSA, alih-alih bersikap adil terhadap kalangan korban. Bahasa lainnya, Tuhan telah merampas hak-hak korban!

Kamu sudah durhaka terhadap yang menciptakan kamu, yakni saya, Tuhan!

Terus, saya mau dilempar ke neraka, begitu?

Yup, itu juga kuasa saya, Tuhan!

Neraka adalah MONUMEN KEGAGALAN TUHAN, simbol kegagalan Tuhan dalam proses penciptaan umat manusia. Saat Tuhan menciptakan neraka, disaat bersamaan Tuhan jugalah yang secara sengaja menciptakan watak buruk dan kekotoran batin umat manusia. Ibarat sengaja memasang ranjau. Lantas, siapa yang harus bertanggung-jawab disini, pencipta atau ciptaannya? Semestinya Tuhan merasa malu dan gagal, ketika neraka semakin besar monumen yang mengisinya! Murid-murid sekolah paling bodoh saja sengaja diluluskan, agar pihak sekolah tidak dianggap telah gagal mendidik anak murid.

Di surga, enak loh, bisa bersetubuh dengan puluhan bidadari sampai puas! Selaput dara utuh seperti perawan kembali.

Tumimbal lahir adalah NEVER ENDING STORIES. Dewa penghuni surga, akan jatuh kembali ke alam rendah ketika buah Karma Baiknya habis. Semua orang pernah terlahir sebagai orang kaya, miskin, raja, budak, cantik, buruk rupa, sebagai dewa, sebagai hewan, sebagai roh gentayangan, sebagai penghuni neraka. Itulah yang disebut sebagai DUKKHA, siklus kelahiran kembali tanpa akhir! Tidak ada sinetron yang lebih membosankan daripada episode yang selalu ‘TO BE CONTINUE...’.

Yang bikin dunia ini tidak enak, adalah orang jahat.

Justru pertanyaannya ialah, ‘SIAPA YANG MENCIPTAKAN ORANG JAHAT LENGKAP DENGAN SIFAT JAHATNYA TERSEBUT’? Menjadi orang baik, apakah belum cukup memuliakan Tuhan? Ketika kita disakiti orang jahat, kita pun akan berkata, ‘Betapa sialannya Tuhan yang telah menciptakan orang jahat tersebut dan yang telah mengizinkan terjadinya kejahatan tersebut!’

Saya, Tuhan, tidak pernah tidur.

Kesenjangan sosial dan ekonomi yang kian lebar, adalah bukti bahwa Tuhan selama ini telah lama tertidur pulas.”

Itu sih, karena godaan setan.

Oh, berarti Tuhan kalah dong, sama setan, karena sesuatu bisa terjadi tanpa seizin maupun rencana dan kuasa Tuhan?

Tidak ada manusia yang berhasil melawan saya, Tuhan!

Mengapa Tuhan mirip raja yang lalim, senang ketika disembah dan marah ketika tidak dipuja-puji? Sang Buddha berjuang untuk memutus belenggu tumimbal-lahir, sehingga tidak lagi tercipta ataupun diciptakan. Artinya, seorang Buddha terbukti telah mampu untuk melawan dan mengalahkan Tuhan!

Coba kamu lihat, betapa luas megahnya alam semesta ini, banyak galaksi!

Justru lebih banyak planet mati yang membosankan dan ruang gelap di luar angkasa sana disamping lubang hitam. Planet bumi penuh oleh manusia-manusia jahat yang berlomba-lomba mencandu ‘PENGHAPUSAN DOSA’. Saya tidak tertarik dan tidak butuh diciptakan!

Jadi, kamu memilih tidak pernah diciptakan oleh saya, Tuhan?

Sutta Pitaka mengebutkan, kelahiran kembali manusia dikehidupan sebelumnya, jumlah tulang-belulangnya bila ditumpuk, gunung tertinggi pun kalah tinggi. Air mata yang telah mereka teteskan di kehidupan-kehidupan sebelumnya, jauh lebih banyak daripada jumlah air pada samudera. Sekarang saya, umat manusia, bertanya kepada kamu, wahai Tuhan, apakah Anda layak untuk disembah dan dihormati ataukah lebih patut untuk dilawan dan dikalahkan seperti jejak langkah seorang Buddha?

“... . Tunggu sebentar, saya tanya AI dulu. Mungkin sudah ada jawabannya.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.