Perintah Menumpahkan Darah dan Menyembelih Leher Anak Kandung Sendiri, apakah Perintah Tuhan ataukah Bisikan Setan?

Takwa dan Patuh, ataukah Buta, Membutakan, Buta Diri, dan Dibutakan?

Hanya Mereka yang Bermental Haus Darah, yang Bangga dan Senang Menyembelih dan Menumpahkan Darah, bahkan terhadap Anak Kandung Sendiri

Question: Ada agama samawi yang bahkan merayakan dan mengkampanyekan serta mempromosikan kegilaan menyembelih dan merampas hidup anak sendiri, sampai-sampai menjadi justifikasi praktik jahat “black magic” atau ilmu hitam seperti pesug!han dengan menumbalkan atau mengorbankan hidup anak kandungnya sendiri. Sebenarnya itu memang bisikan Tuhan, yang memberi perintah untuk menyembelih anak kandung sendiri, ataukah bisikan setan? Semua dukun jahat, mengaku kemampuan ilmu saktinya untuk memanipulasi dan merugikan hingga mencelakai hidup orang lain, adalah dari Tuhan, namun ternyata bersekutu dengan setan jahat.

Brief Answer: Untuk menjawabnya, pertama-tama yang perlu kita lakukan ialah menyingkirkan segala polutan dalam pikiran berupa anasir-anasir keagamaan yang membuat kita memiliki keberpihakan secara tendensius, hingga pikiran menjadi jernih dan berakal-sehat. Berangkat dari pikiran yang jernih, kita dapat melihat segala sesuatunya dalam perspektif yang lebih jelas dimana diterangi pula oleh akal yang sehat, alih-alih “akal sakit milik orang sakit”.

Adalah lebih mungkin yang manakah yang wejangan ataupun perintahnya begitu “haus darah” serta “lapar akan pertumpahan darah”, Tuhan ataukah Iblis? Nurani dalam “hati kecil” Anda sebetulnya sudah bisa menjawabnya, bahwa seorang ayah yang baik akan memilih untuk menyembelih dan menumpahkan dirinya seniri, jika perlu menerjang neraka atau hidup seperti di neraka untuk menyelamatkan anak sang kandung alih-alih merampas hidup dan kebahagiaan hidup sang anak.

Namun, demi ego milik pribadi sang ayah, tergiur oleh iming-iming berupa keinginan untuk bisa bersetubuh dan menggauli belasan bidadari yang selaput daranya dapat di-“daur ulang” setalah disetubuhi di “kerajaan Tuhan”, sang ayah tega merampas dan menyembelih leher anaknya sendiri yang akan benar-benar terjadi bila tidak dihentikan alias sudah melakukan persiapan pembunuhan—dimana setidaknya telah melakukan tindak pidana percobaan pembunuhan, alias ketiadaan “self control” akibat kekotoran batin yang sudah tebal dibiarkan membertebal dan diperptebal.

PEMBAHASAN:

Ketika antara Al-Quran dan Hadist, telah ternyata saling bertolak-belakang, maka yang berlaku paling sahih ialah ayat-ayat yang terdapat dalam Al-quran. Akan tetapi, ketika ayat-ayat dalam Al-quran sendiri saling bertolak-belakang, maka kita harus kembali kepada akal sehat dengan pikiran yang jernih terbebas dari segala anasir keagamaan yang tendensius dan menilainya secara mandiri dan bebas dari intimidasi dogma. Sehingga, bila perintah Tuhan ialah sebagaimana terinci sebagai berikut:

- “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan 'TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN BAHWA MUHAMMAD RASUL ALLAH', menghadap kiblat kami, memakan sembelihan kami, dan melakukan shalat dengan kami. Apabila mereka melakukan hal tersebut, niscaya kami diharamkan MENUMPAHKAN DARAH dan MERAMPAS HARTA mereka.” [Hadist Tirmidzi Nomor 2533]

[NOTE : Perintah di atas sudah begitu jelasnya tanpa perlu ditafsirkan lagi, bahwa sesama muslim HARAM hukumnya saling menumpahkan darah. Melakukan yang haram, sama artinya melawan perintah Tuhan, dijebloskan ke neraka sebagai hukumannya. Terlebih, sang ANAK juga adalah MUSLIM seperti sang ayah, maka rumusnya ialah : ANAK + MUSLIM = HARAM PANGKAT DUA BILA DITUMPAHKAN DARAHNYA!]

- QS 9:29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah (upeti) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

- QS 9:14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.

- QS 66:9. Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

- QS 2:191. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. [Balas dizolimi dengan pembunuhan, itukah keadilan dan kedamaian dalam islam?]

- QS 5:33. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

- QS 8:12. Ingatlah, ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang telah beriman”. Kelak aku akan jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka PENGGALLAH KEPALA MEREKA dan PANCUNGLAH TIAP-TIAP UJUNG JARI MEREKA.

- QS 9:5. Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. [Sebagai bukti, selama ini kaum mana dan siapa yang lebih suka menyerang, alih-alih yang dizolimi. Bagaimana mungkin, yang diserang justru yang sembunyi-sembunyi mengintai dan mengepung, sebelum kemudian menangkapi orang-orang untuk dibunuh?]

Kini, kita sandingkan dengan ayat-ayat dalam Al-Quran yang bercerita tentang kisah perintah Allah kepada Ibrahim versi Al-Quran sebagai berikut dalam Surah Ash Shaffat ayat 100 - 111:

(100) “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”.

(101) Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. [NOTE : Namun disaat bersamaan menjadi “kabar buruk” bagi sang anak yang memiliki ayah kandung yang EGOISTIK dan NARSISTIK!]

(102) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar”. [NOTE : Sang anak “durhaka” ini telah mencelakai ayah kandungnya sendiri dengan membiarkan tangan sang ayah banjir darah karena menumpahkan darah anak kandungnya sendiri. Sang anak pun tidak menghargai hidup pemberian Tuhan. Penjahat yang paling beruntung ialah penjahat yang selalu gagal melancarkan niat jahatnya, sementara itu penjahat yang paling malang ialah penjahat yang selalu lancar ketika hendak mewujudkan niat jahatnya!]

(103) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).

(104) Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,

(105) susungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang berbuat baik. [NOTE : Sang setan menang, dua orang dungu membenarkan bisikan sang setan—yang satunya kriminil haus darah, sementara yang satunya lagi tidak / gagal menghargai kehidupan dan nyawanya sendiri.]

(106) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. [NOTE : Pertanyaannya, Tuhan Maha Tahu, mustahil masih perlu menguji umat manusia. Hanya setan, yang merasa masih perlu menguji alias mencoba-coba kedunguan umat manusia.]

(107) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

(108) Kami abadikan Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang yang dating kemudian.

(109) (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. [NOTE : Anda lihat, yang punya niat buruk dan jahat untuk membunuh orang lain dalam hal ini anak kandung sendiri sehingga bertentangan dengan kewajiban seorang ayah terhadap anak, justru diberikan “reward” alih-alih diberi “punishment”. Jika yang berlaku ialah hukum pidana, jelas bahwa sang ayah terkena delik pasal “percobaan pembunuhan berencana”, alias menyuburkan dan memelihara mentalitas kriminal, ciri-ciri khas kalangan penjahat.]

(111) Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Jadi, kesimpulannya, sang ayah maupun anaknya, yang hendak menyembelih dan yang akan disembelih, adalah orang-orang yang beriman atau sebaliknya? Jadi, sebagai kesimpulannya pula, yang beriman adalah haram ditumpahkan darahnya ataukah yang beriman kepada Tuhan pun halal darahnya ditumpahkan? Ingat, hanya bisikan setan (demonic whisper) yang membuat umat manusia menjadi kebingungan dan tersesat pada akhirnya.