(DROP DOWN MENU)

Tips Melatih Alam Sadar untuk Mengatasi Dominasi Alam Bawah Sadar

SENI PIKIR & TULIS

Didalam ALAM SADAR Kita BERDAYA SEBAGAI DIRI KITA SENDIRI, sementara dalam ALAM BAWAH SADAR Kita TIDAK BERDAYA SEBAGAI KORBAN KEADAAN DAN PENGALAMAN BURUK TRAUMATIK MASA LAMPAU YANG MENGECILKAN HATI

Kiat Praktis Memberdayakan Alam Sadar dalam Rangka Melampaui Deterministik Alam Bawah Sadar yang Merusak Diri

Sebagaimana telah kita ketahui, “alam pikir” terdiri dari “alam bawah sadar” dan “alam sadar”, yang mana keduanya saling menenggelamkan satu sama lain dalam artian tidak dapat eksis di permukaan pikiran disaat bersamaan. Kita dapat memperbaiki data dan program yang tertanam dalam “alam bawah sadar” kita, secara mandiri, swadaya, dan berdaya, lewat kekuatan dibalik “alam sadar”. Tanpa menyadari dan memahami prinsip yang bekerja dibalik “alam pikiran”, kita tidak akan mampu keluar dari jeratan “alam bawah sadar” yang sangat deterministik seolah tidak kompromistis ataupun untuk dinegosiasikan, sekalipun ini adalah hidup dan kehidupan kita sendiri, semata karena “alam bawah sadar” dapat menyaru sebagai “alam sadar”.

Langkah pertama untuk memperbaiki atau re-program alam bawah sadar kita, pertama-tama kita perlu mengaktifkan atau mengakses “alam sadar” kita dalam frekuensi gelombang pikiran “kekinian” terkuat dan terpenuh (baca : eling se-eling-eling-nya, penuh kesadaran pada momen masa kini seutuhnya), sehingga dengan demikian derasnya gelombang “alam bawah sadar” akan surut dan tenggelam ke dasar sehingga tidak lagi mencengkeram dan menyelubungi “alam pikir” kita, bagai awan hitam yang tertiup angin sehingga langit kembali menampakkan kecerahan serta kejernihannya.

Cara paling sederhana mengaktifkan “alam sadar”, ialah dengan cara hidup secara “eling” pada momen kekiniaan, hidup saat kini, menyadari dan mengetahui “present moment” atau “current moment”. Saat pikiran kita benar-benar hidup pada masa kekinian, tidak terpaut ataupun berselang sedetik pun dari masa lampau (terbebas dari ingatan atas pengalaman buruk, trauma, dsb) maupun dari masa depan (terbebas dari kecemasan, ketakutan, obsesi, dsb), maka itulah tepatnya yang kita sebut sebagai “alam sadar”.

Idealnya, “alam sadar” mendapat dukungan dari kondisi “alam bawah sadar” yang kondusif, baik, positif, berdaya, berkualias, mendukung, dan menguatkan diri kita alih-alih mengerdilkan. Namun, berapa banyak diantara kita yang telah memiliki kondisi “alam bawah sadar” yang telah ideal ini? Bila kita tarik dari sejarah evolusi manusia, “alam bawah sadar” merupakan warisan dari evolusi miliaran tahun nenek-moyang kita yang berjuang bertahan hidup di tengah-tengah ganasnya hutan rimba belantara, dan terbukti berkat “alam bawah sadar” yang terbentuk sepanjang perjalanan sejarah umat manusia secara evolutif, sehingga nenek-moyang kita dapat seketika bangun dan menghindari binatang buas ditengah tidur malamnya hanya dengan mendengar suara gemerisik mendekat dari balik semak-semak.

Karenanya, “alam bawah sadar” sebenarnya bukanlah “musuh”, “ancaman”, ataupun “lawan” kita, namun apa yang pernah masuk dan tertanam ke dalam “alam bawah sadar” itu, data-data di dalamnya, program-program usang di dalamnya, bisa menjadi masalah (bahkan tidak jarang membuat kita “ERROR” atau “ngadat / mogok” di tengah jalan) bila sudah tidak lagi relevan (seperti trauma ataupun rasa takut), kontraproduktif (seperti terdapat program yang membajak pikiran kita sehingga kita cenderung merusak dan menyakiti diri sendiri), beracun (tendensi atau kecenderungan untuk melakukan perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat), bahkan hingga terdapat semacam “trojan horse” yang bisa meruntuhkan gerbang pertahanan mental kita (“virus” pikiran atau “virus” ideologi yang menyusup masuk ke dalam batin dan pikiran kita dan kita yakini secara membuta, seperti dogma-dogma keyakinan keagamaan yang “haus darah”).

Kabar baiknya, terdapat akses atau semacam jembatan penghubung antara “alam bawah sadar” dan “alam sadar”, yang berfungsi atau berperan penting bagi kita untuk memprogram ulang (re-programming) berbagai data rusak maupun usang dan program-program tidak sehat yang perlu dievaluasi ulang dalam “alam bawah sadar” kita. Seperti seperangkat komputer, kita perlu rutin melakukan olah proses “disk defragmenter” guna menata ulang data-data di dalamnya, membersihkan data-data yang sudah usang dan tidak lagi relevan, menghapus program-program memberatkan langkah kaki kita dan yang sudah tidak kita butuhkan lagi, bahkan semacam program virus yang harus kita identifikasi dan singkirkan akibat bahaya dibaliknya.

Ketika kita telah berada dalam gelombang otak yang mendukung “alam sadar”, yakni benar-benar berada dalam kekinian, hidup pada masa kini tanpa berselang jeda waktu sedetik pun dari masa lampau maupun masa depan, pikiran yang tidak melompat keluar dari dalam diri (seperti tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain tentang kita, tidak memusingkan apa komentar orang lain tentang kita, dsb), kita dapat menerapkan teknik sugesti diri berupa kata-kata atau kalimat perintah dan keiginan secara berulang-ulang, yang perlu kita lakukan secara rutin dan berkesinambungan setiap kali terdapat kesempatan untuk itu, dengan bersuara di dalam hati oleh dan untuk diri kita sendiri (bisa juga disuarakan ataupun ditulis), menyerupai teknik terapi diri (self theraphy) dalam rangka menulis ulang program-program yang ada di dalam “alam bawah sadar” kita. Ini merupakan teknik “hipnotis” diri secara sadar yang dapat kita rancang dan berdayakan sendiri secara swadaya secara secara penuh kesadaran.

Hal-hal yang positif, sehat, produktif, impian, cita-cita, visi-misi, memotivasi, dan visioner seperti harapan-harapan, keinginan-keinginan, aspirasi-aspirasi, determinasi diri yang ingin diwujudkan, dapat menjadi kalimat atau kata-kata yang kita gunakan dalam rangka proses sugesti diri ini tatkala “alam sadar” kita sedang bertenaga. Semisal bila kita memiliki masalah pada manajemen waktu yang buruk, kita bisa mensugesti diri seperti “Saya ingin hidup secara gesit, aya ingin hidup secara gesit, saya ingin gesit, saya ingin bergerak gesit, ...”, dan seterusnya.

Ketika kita mendapati bahwa gudang data dan program-program dalam “alam bawah sadar” kita cenderung membuat kita masuk dalam kondisi tendensi rendah diri atau berkecil hati dan mudah “surut” (mentalitas tidak berdaya dan mundur ketika menghadapi masalah), mudah putus asa, tanpa harapan, berdaya juang lemah, maka kita dapat membuat sugesti diri secara berulang-ulang seperti, “Saya ingin kuat, cerdas, terampil, tegar, berani, dan berdaya”, dsb, dengan berbagai variasi sesuai keperluan, kebutuhan, dan kreativitas kita.

Bruce Harold Lipton, PhD, nama lengkapnya, seorang biolog sel, dalam artikel berjudul “Bruce Lipton, PhD: The Jump From Cell Culture to Consciousness”, yang sebelumnya telah diterbitkan dalam Journal Integr Med (Encinitas). 2017 Dec; 16(6): 44–50, sebagaimana dapat diakses publik pada https:// www. ncbi.nlm.nih .gov/pmc/articles/PMC6438088/, mengungkap kebenaran ajaran Sang Buddha lewat penemuan serta metode sains yang terus berkembang dan semakin mampu mencatat berbagai fenomena perihal “alam sadar” Vs. “alam bawah sadar”.

Bruce H. Lipton, seorang ahli biologi perkembangan Amerika yang terkenal karena pandangannya tentang epigenetik, serta penulis buku “The Biology of Belief” memberikan kita petunjuk agar kita menjadi berdaya atas diri dan hidup kita sendiri, alih-alih menjadi “korban dari deterministik genetik kita sendiri”. dimana ia membuat hipotesis bahwa kepercayaan mengendalikan biologi manusia daripada DNA dan warisan, yang telah redaksi terjemahkan secara bebas dari sumber rujukan aslinya yang berbahasa Inggris, sebagaimana dikutip dari sumber rujukan berupa jurnal tersebut di atas:

Bruce H. Lipton, PhD, ahli biologi sel dan juga seorang dosen, adalah pelopor yang diakui secara internasional dalam menjembatani sains dan perihal jiwa. Bruce berada di Fakultas Kedokteran Universitas Wisconsin dan kemudian melakukan penelitian sel induk yang inovatif di Stanford Medical School. Penelitian perintisnya tentang sel induk manusia yang dikloning menandakan bidang epigenetik baru yang revolusioner saat ini. Dia adalah penulis buku terlaris The Biology of Belief dan The Honeymoon Effect, dan dia adalah rekan penulis, dengan Steve Bhaerman, dari Spontaneous Evolution. Bruce menerima Penghargaan Perdamaian Goi (Jepang) yang bergengsi untuk menghormati kontribusi ilmiahnya terhadap keharmonisan dunia.

Integrative Medicine: A Clinician's Journal (IMCJ): Apakah Anda akan mulai dengan menjelaskan bagaimana Anda mendapatkan apa yang Anda tentukan sebagai sel punca dalam cawan Petri hingga merenungkan tentang keyakinan, kesadaran, dan evolusi?

Dr Lipton: Ketika saya melakukan penelitian tentang kloning sel punca, pada saat yang sama saya juga mengajar di sekolah kedokteran. Determinisme genetik, pada saat itu, merupakan kepercayaan yang berlaku—bahwa gen mampu menghidupkan dan mematikan dirinya sendiri dan mengatur tidak hanya struktur fisik kita, tetapi juga emosi dan perilaku kita. Gen tampaknya menjadi faktor pengendali semua karakteristik kehidupan kita. Kami menghubungkan mereka, pada waktu itu, karakter aktualisasi diri, yang berarti bahwa gen dapat menghidupkan dan mematikan dirinya sendiri.

Singkatnya, apa yang sebenarnya saya ajarkan kepada dokter masa depan, yang kemudian akan mereka hubungkan dengan pasien mereka, adalah bahwa gen mengendalikan hidup mereka. Sejauh yang kita ketahui, kami tidak memilih gen yang kami bawa. Jika kita tidak menyukai karakteristik yang kita miliki, kita tidak dapat mengubah gen. Itu meninggalkan kita dengan kesimpulan yang tidak menguntungkan: Kita adalah korban dari silsilah garis keturunan kita.

Artinya, jika ada kanker dalam keluarga Anda, antisipasilah bahwa gen mereka untuk kanker akan mempengaruhi Anda dan Anda akan menderita kanker atau penyakit kardiovaskular atau diabetes atau Alzheimer atau apa pun yang disebut masalah keturunan. Jadi, kita tidak berdaya dalam mengendalikan biologi kita, karena gen mengendalikannya seperti ketika seseorang menekan tombol saklar “ON” dan “OFF”, dan kita tidak memiliki kendali atas mereka.

Apa yang akan Anda lakukan jika Anda tidak berdaya? Jawabannya adalah: Anda harus menemukan penyelamat. Oleh karena itu, Anda menyerahkan kekuasaan atas hidup Anda—karena Anda percaya bahwa Anda tidak memiliki kekuatan—dan menyerahkannya kepada seseorang yang dikenal sebagai penyelamat. Seorang dokter medis, agen farmasi, atau apa pun itu, akan merawat kita. Itulah yang selama ini kita ajarkan.

Saat saya mengajar itu, saya juga sedang mengerjakan kloning sel punca. Sel induk hanyalah istilah lain untuk sel embrionik. Mereka persis sama. Perbedaannya adalah, saya dapat menyebut sel sebagai “sel embrio” ketika Anda adalah embrio. Saat Anda lahir, Anda bukan lagi embrio, jadi saya tidak bisa menyebutnya sel embrio. Saya mengubah namanya menjadi sel induk. Kami ingin menyamakan keduanya. Sel punca adalah sel embrio dalam tubuh seseorang yang dilahirkan.

Mengapa saya harus memiliki apa yang disebut sel embrio di dalam tubuh saya? Kita harus menyadari bahwa, setiap hari, kita kehilangan ratusan miliar sel karena gesekan normal: sekarat, usia tua, rusak, atau ada masalah dengannya. Kita harus mengganti mereka. Berapa hari berturut-turut Anda bisa tetap sehat ketika Anda kehilangan ratusan miliar sel setiap hari?

Pada titik tertentu, jika Anda tidak mengganti sel-sel itu, Anda berada dalam banyak masalah. Faktanya adalah, populasi sel induk kita, sel embrio, ada untuk menggantikan semua jenis sel yang hilang, apakah itu sel kulit, sel tulang, sel otot, atau sel otak. Kita bisa mengganti sel-sel ini, dan patut bersyukur; jika tidak, akan ada masalah.

Pekerjaan saya sangat sederhana. Itu untuk mengidentifikasi sel induk tunggal dan memasukkannya ke dalam cawan kultur jaringan, sendirian. Sel-sel membelah setiap 10 sampai 12 jam. Saya mulai dengan 1 sel, 10 jam kemudian ada 2, dan 10 jam kemudian 4. Setiap 10 jam itu berlipat ganda: 4, 8, 16, 32, dan seterusnya. Setelah seminggu, saya memiliki sekitar 50.000 di cawan Petri. Wawasan menggugah yang paling penting disini adalah, bahwa semua 50.000 sel berasal dari induk yang sama. Artinya, saya memiliki 50.000 sel yang identik secara genetik dalam cawan kultur saya.

Saya menumbuhkan sel-sel ini dalam sesuatu yang disebut media kultur, yang merupakan lingkungan di mana sel-sel hidup. Dengan kata lain, sel menyerupai seperti seekor ikan; mereka hidup di lingkungan yang cair. Jadi apa itu media perkembangbiakan? Ini adalah darah versi laboratorium. Jika saya mengeluarkan sel dari tubuh, saya ingin meletakkannya di lingkungan yang sangat mirip, jadi saya membuat versi sintetis darah untuk cawan kultur. Karena saya membuat versi sintetis, saya dapat mengubah komposisi di media saya.

Sekarang, dalam eksperimen yang mengejutkan saya, saya membuat 3 versi media kultur yang sedikit berbeda, dengan mengubah beberapa konstituen. Saya menempatkan 3 lingkungan berbeda ini dalam 3 cawan Petri yang berbeda, tetapi semua cawan memiliki porsi dari kultur sel yang identik secara genetik di dalamnya.

Sebagai hasilnya, sel-sel di lingkungan A menjadi otot. Dalam cawan Petri kedua dengan sel-sel yang identik secara genetik dengan yang pertama tetapi dalam lingkungan yang sedikit berbeda, sel-sel itu menjadi tulang. Kemudian pada cawan ketiga, lagi-lagi dengan sel-sel yang identik secara genetik tetapi lingkungan yang berbeda, sel-sel itu menjadi sel-sel lemak. Sekarang Anda memiliki pertanyaan yang sangat mendalam: Apa yang mengendalikan nasib sel-sel ini?

Kita mulai dengan premis pertama: Semua 3 kelompok sel secara genetik identik. Saya tidak bisa mengatakan ada gen yang berbeda di piringan 1 dan gen yang berbeda di piringan 2. Itu tidak benar; mereka semua secara genetik sama. Satu-satunya perbedaan adalah komposisi, atau kimia, dari media kultur—lingkungan tempat sel hidup.

Kesimpulan itu sangat penting. Adalah lingkungannya, yang memilih aktivitas genetik dari sel bersangkutan. Ini sangat berbeda dari gen yang membuat keputusan seperti apa sel nantinya. Jadi, ini adalah cerita yang cukup menarik tentang sel dalam cawan plastik, tapi apa hubungannya dengan saya sebagai seorang manusia?

Bagian yang menggelisahkan ialah, ketika kita melihat ke cermin dan melihat diri kita sebagai entitas individu tunggal, itu adalah ilusi. Ini adalah salah persepsi. Karena kenyataannya, tubuh manusia sebenarnya adalah komunitas dari 50 triliun sel. Ketika saya mengucapkan kata Bruce atau Anda mengucapkan kata Craig, itu adalah istilah yang tidak mewakili satu entitas. Ini mewakili satu komunitas hingga 50 triliun sel. [NOTE Penerjemah : Persis dengan konsep “anatta” yang menjadi ajaran utama Sang Buddha, bahwa “tiada diri, inti, ataupun entitas tunggal” yang dapat disebut sebagai “Aku”.]

IMCJ: … dan beberapa triliun mikroba.

Dr Lipton: Ya, itu adalah versi terbaru dari manusia sebagai organisme super. Alih-alih hanya sel manusia, kita tidak dapat bertahan hidup tanpa mikrobioma kita. Itu berkembang, seperti yang baru saja Anda katakan, menjadi triliunan sel tambahan yang bukan milik kita tetapi sel mikrobioma kita. Ketika Anda melihat diri Anda sebagai satu kesatuan, itu adalah ilusi. Kebenaran itu, yang merupakan bagian yang menggelisahkan, adalah bahwa kita adalah cawan Petri yang tertutup kulit yang di dalamnya ada 50 triliun lebih sel. Di dalam tubuh adalah media kultur asli yang disebut darah.

Inilah intinya: Tidak ada bedanya dengan nasib sel jika berada di piring plastik atau piring yang dilapisi kulit. Karena nasib sel dikendalikan oleh kondisi lingkungan. Komposisi darah benar-benar merupakan faktor yang mengontrol respons genetik sel. Lalu, apa yang mengontrol komposisi media kultur? Darah. Jadi, otak adalah ahli kimia.

Itu membawa kita ke pertanyaan berikutnya dan yang lebih penting: Saya tahu otak adalah ahli kimia, tetapi zat kimia apa yang harus dimasukkan otak ke dalam darah? Zat kimia yang dimasukkan ke dalam darah oleh otak merupakan pelengkap langsung dari gambaran yang kita pegang dalam pikiran kita. Dengan kata lain, citra pikiran diterjemahkan oleh otak menjadi kimia, yang kemudian masuk ke tubuh untuk membuat pelengkap fisik terhadap citra yang ada dalam pikiran. Dalam istilah kuno, kembali dari zaman Sang Buddha, 2500 tahun yang lalu, “Apa yang kita percaya, kita menjadi.” Pada dasarnya, persepsi kita mengubah kimia darah kita.

Dalam kuliah saya, saya hanya memberikan cerita ini: Jika Anda duduk di sana dengan mata tertutup dan Anda membuka mata dan melihat seseorang yang Anda cintai, pikiran Anda menyimpan gambar cinta. Gambar cinta dalam pikiran diterjemahkan oleh otak ke dalam kimia yang sangat spesifik. Dalam keadaan cinta, otak melepaskan dopamin untuk kesenangan ke dalam darah. Otak melepaskan oksitosin ke dalam darah, yaitu zat kimia yang membantu kita mengikat sumber cinta yang kita alami.

Pengalaman cinta juga melepaskan zat kimia lain ke dalam media pertumbuhan—ke dalam darah—yang disebut vasopresin. Ini membantu kita menjadi lebih menarik sehingga pasangan kita semakin melekat pada kita. Faktor lain yang sangat penting yang dilepaskan oleh otak kita saat merasakan cinta adalah hormon pertumbuhan—yang, sesuai namanya, melakukan persis seperti yang dikatakannya: Hormon itu memengaruhi pertumbuhan kita. Hasilnya adalah kimia media kultur alami tubuh—darah—disesuaikan dengan persepsi pikiran.

Persepsi cinta memperkenalkan unsur-unsur seperti dopamin, oksitosin, vasopresin, dan hormon pertumbuhan, yang semuanya merupakan bahan kimia yang meningkatkan vitalitas dan kesehatan 50 triliun sel dalam wadah kultur tertutup kulit kita. Dalam keadaan cinta, bahan kimia yang dilepaskan dalam cinta menghasilkan kesehatan dan keharmonisan serta tubuh yang bercahaya. Orang-orang berkata, “Oh, lihat, Anda bisa melihat betapa jatuh cintanya mereka. Lihat bagaimana mereka bersinar.” Itu adalah ekspresi kimiawi dari media kultur, yang mempengaruhi vitalitas sel.

Lalu saya berkata, “Tunggu. Orang yang sama bisa membuka mata mereka dan bukannya melihat cinta, melihat sesuatu yang membuat mereka takut.” Dalam keadaan takut, otak tidak melepaskan zat kimia yang berhubungan dengan cinta. Ini melepaskan bahan kimia yang terkait dengan rasa takut, yang merupakan hormon stres dan agen inflamasi, mengubah kimia media kultur. Kemudian, kembali ingat bahwa nasib sel secara langsung bergantung pada kimia media kultur.

Sekarang dengan hormon stres dan agen inflamasi yang dilepaskan dalam darah, saya mengubah genetika dan perilaku sel dan mulai mengekspresikan postur perlindungan, yang bertentangan dengan pertumbuhan. Bahkan, itu benar-benar menggagalkan pertumbuhan. Bahan kimia pelindung dalam darah mengalokasikan energi untuk melawan atau melarikan diri, bersiap-siap untuk lari dari ketakutan yang dirasakan.

Genetika sel memberi kita semua jenis potensi. Potensi yang diekspresikan berkaitan dengan komposisi media kultur. Komposisi media kultur di laboratorium disintesis oleh saya — darah sintetis. Dalam cawan Petri atau tubuh alami Anda yang tertutup kulit, otak adalah ahli kimia dan otak menerjemahkan persepsi Anda menjadi zat kimia yang melengkapi persepsi itu. Hasilnya adalah biologi Anda menjadi pelengkap bagi pikiran dan persepsi Anda, oleh karena itu sifat dari apa yang disebut efek plasebo.

Dalam efek plasebo, seseorang sakit dalam derajat tertentu kemudian diberi kesempatan untuk minum obat yang sangat spesifik. Dokter berkata, “Ini adalah obat terbaru dan terhebat untuk mengobati Anda. Lihat, warnanya ungu, bagus sekali. Bahkan warnanya akan menyembuhkanmu.” Anda percaya, “Ya Tuhan, saya menemukan obat yang akan menyembuhkan saya.”

Anda minum obat, Anda menjadi lebih baik. Belakangan, Anda barulah mengetahui bahwa obat itu hanyalah pil gula. Apa yang menyembuhkanmu? Yah, jelas bukan pil gula. Persepsi dan keyakinan Anda tentang pil gula itulah yang menyembuhkan Anda. Hampir semua orang mengatakan bahwa mereka akrab dengan kasus semacam itu—bagaimana pikiran dapat melepaskan zat kimiawi dengan keyakinan bahwa itu ternyata benar-benar menyembuhkan kita.

Apa yang kebanyakan orang tidak sadari adalah konsekuensi dari keyakinan negatif, mengacu pada fakta bahwa plasebo adalah konsekuensi dari keyakinan positif—maka akan ada pula efek plasebo serupa namun berkebalikan terhadap keyakinan yang negatif. Keyakinan negatif sama kuatnya dalam membentuk biologi dan genetika kita. Ia bekerja dalam arah yang berlawanan dari keyakinan positif. Keyakinan negatif dapat mengakibatkan penyakit apa pun dan bahkan menyebabkan kita mati. Hanya sebuah keyakinan. Itu bisa jadi karena keyakinan tersebut diterjemahkan kedalam kimia yang tidak akan mendukung vitalitas kita.

Keyakinan negatif berhubungan dengan sesuatu yang disebut efek nocebo. Efek nocebo adalah konsekuensi yang dapat mencakup penyakit, penyakit, atau kematian apa pun. Hasil itu sederhana. Kimia yang menentukan biologi, genetika, perilaku, dan karakteristik kehidupan kita adalah kimia yang berasal dari otak yang, pada gilirannya, berasal dari otak yang menafsirkan gambar dalam pikiran kita. Saat kita berubah pikiran, kita mengubah biologi kita.

Ini adalah dasar dari sesuatu yang disebut remisi spontan. Katakanlah seseorang akan mati karena kanker stadium akhir. Tiba-tiba, ada remisi spontan. Apa yang dilakukan remisi spontan ini? Dalam setiap kasus, remisi disebabkan oleh fakta bahwa pasien mengalami perubahan keyakinan yang mendalam, perubahan pikiran sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mereka. Melepaskan stres dan masalah pikiran yang menciptakan efek nocebo yang selama ini telah membahayakan tubuh.

Melepaskan stres itu sebenarnya dapat menyebabkan kanker mengalami remisi spontan. Kekuatannya tidak terletak pada genetika; kekuatan tersebut ada dalam kesadaran. Kesadaran kita diterjemahkan ke dalam biologi melalui kimia media kultur alami yang disebut darah.

IMCJ: Bagaimana hubungannya dengan keyakinan Anda tentang efek atau dampak lingkungan pada evolusi genetika?

Dr Lipton: Mari kita berpura-pura bahwa kepercayaan lama determinisme genetik adalah valid. Itu berarti bahwa gen yang Anda bawa sejak lahir akan mengendalikan karakteristik hidup Anda. Nah, masalahnya adalah bahwa lingkungan selalu berubah. Tidak ada lingkungan statis. Mengapa itu relevan?

Nah, jika gen Anda dirancang untuk membuat Anda tetap hidup di lingkungan A dan kemudian lingkungan berubah menjadi lingkungan B, maka gen tersebut mungkin tidak mendukung vitalitas Anda sama sekali. Mereka benar-benar dapat menyebabkan kematian Anda. Oleh karena itu, hidup Anda sepenuhnya berada di bawah kendali perangkat mekanis ini, yang tidak terhubung dengan lingkungan.

Itu akan konyol jadinya. Kehidupan akan mati sejak lama ketika pergolakan di lingkungan terjadi, seperti yang kita alami saat ini terkait dengan perubahan iklim. Mengapa wawasan baru ini penting? Karena wawasan baru mengatakan, “Tidak, Anda tidak dikendalikan oleh genetika Anda. Gen Anda dikendalikan oleh lingkungan Anda, dan lebih khusus lagi persepsi Anda tentang lingkungan.”

Hal ini memungkinkan kontrol dinamis biologi Anda. Jika gen mengendalikan hidup Anda, nasib Anda akan ditentukan terlepas dari apa yang terjadi di lingkungan: “Ini adalah gen Anda, ini adalah hidup Anda. Anda memiliki gen kanker ini, Anda akan terkena kanker dan mati.” Faktanya, tidak ada yang namanya gen kanker.

Itu adalah keyakinan yang menyabotase diri sendiri. Jika Anda percaya bahwa Anda memiliki gen kanker dan Anda percaya bahwa gen dapat menghidupkan aktivasi potensi kanker dan memberi Anda kanker, maka keyakinan Anda mewujudkan suatu kimia yang akan menciptakan kanker karena Anda menerjemahkan persepsi Anda ke dalam kimia. Sebuah persepsi mengenai kanker dapat menyebabkan kanker.

Kurang dari 10% kanker memiliki hubungan herediter. 90% atau lebih kanker lainnya adalah respons langsung terhadap lingkungan dan persepsi individu di lingkungan itu. Pada dasarnya dikatakan, “Kontrol genetik merupakan sebuah batasan, karena Anda hanya dapat mengekspresikan apa yang diekspresikan gen Anda.”

Ilmu yang lebih baru yang disebut kontrol epigenetik terdengar hampir sama. Ketika saya mengatakan kontrol genetik, itu diterjemahkan sebagai “dikendalikan oleh gen.” Ilmu baru itu disebut epigenetika. Kedengarannya mirip, tetapi sangat berbeda. Epi berarti “di atas”, jadi ketika saya mengatakan kontrol epigenetik, saya secara harfiah mengatakan, “kontrol di atas gen”. Ini adalah biologi baru. Ini mengungkapkan bahwa lingkungan dan persepsi kita tentang lingkungan adalah yang mengendalikan aktivitas genetik kita.

Ini sangat mendalam. Sebuah revolusi karena alasan sederhana bahwa kepercayaan konvensional, yang sebagian besar masyarakat sudah diprogram, adalah determinisme genetik. Itu membuat kita menjadi korban karena, seperti yang saya katakan, saya tidak dapat mengendalikan gen jika gen mengendalikan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, hidup saya adalah ekspresi dari pola gen yang berkembang dan saya adalah korban dari pola ini. Epigenetika mengubah keseluruhan permainan, karena dikatakan bahwa ekspresi genetik secara langsung disebabkan oleh lingkungan dan persepsi kita tentang lingkungan.

Kita mampu mengubah lingkungan tempat kita tinggal dan kita mampu mengubah persepsi kita. Oleh karena itu, kita bukan korban, tetapi kita sebenarnya adalah penguasa aktivitas genetik kita. Kita harus mengakui bahwa keyakinan menjadi korban adalah persepsi. Jika itu yang Anda yakini, maka Anda bisa menjadi korban karena Anda akan menerjemahkan persepsi Anda ke dalam biologi. Inilah mengapa pekerjaan Anda menjadi penting dalam hal ini, Craig, karena pengetahuan adalah kekuatan. Kurangnya pengetahuan menurut definisinya adalah kurangnya kekuatan.

Kurangnya pengetahuan tentang pemahaman baru tentang epigenetik ini sebenarnya merupakan pengalaman yang melemahkan bagi individu di planet ini. Jika Anda percaya bahwa gen mengendalikan hidup Anda, maka Anda melepaskan kendali itu dan program mengambil alih. Jika Anda memahami epigenetik dan Anda berkata, “Tunggu, saya memiliki kemampuan untuk mengubah kondisi lingkungan atau persepsi untuk meningkatkan hidup saya, daripada menjadi korban penyakit,” itu adalah pemberdayaan diri. Itulah mengapa pengetahuan baru adalah kekuatan yang mendorong.

IMCJ: Sebagai sebuah sistem kepercayaan seseorang yang bermanifestasi kedalam kimia mereka, apa yang menjadi faktor yang datang bersama-sama untuk membentuk pola keyakinan seseorang?

Dr Lipton: Pernyataan yang lebih mendasar adalah, saya katakan, “Otak adalah ahli kimianya.” Tetapi pikiran adalah citra yang coba dilengkapi oleh otak dengan kimia. Otak sedang memahami pikiran. Apa pun citra pikiran, otak akan menerjemahkan citra itu ke dalam kimia.

Banyak dari kita, ketika kita masih muda, bermain dengan sesuatu yang disebut melukis dengan angka. Anda mendapatkan gambar yang semuanya diukir menjadi potongan-potongan kecil dengan angka di dalam setiap fraksi kecil dari gambar yang retak ini. Angka-angka mengacu pada warna cat di kotak cat. Jika Anda mencocokkan cat dan mengisi ruang dengan warna nomor yang tepat, maka lihatlah, Anda membuat gambar yang indah ini.

Untuk menyederhanakan apa itu hidup, itu adalah melukis dengan angka secara terbalik. Pikiran dimulai dengan gambar yang lengkap dan otak memecah gambar menjadi angka-angka. Angka-angka tidak mewakili cat. Mereka mewakili neurokimia, hormon, faktor pertumbuhan, dan agen-agen pengatur. Sekresi ini kemudian masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan tubuh menjadi pelengkap fisik dari citra itu.

IMCJ: Jadi otak, ahli kimia kita, sebenarnya melakukan perintah ataupun tawar-menawar pikiran?

Dr Lipton: Di situlah masalah muncul. Istilah pikiran sebenarnya adalah salah tafsir atau mispersepsi. Istilah semacam “sang Pikiran” menunjukkan bahwa ada satu buah pikiran tunggal yang selama ini pernah ada. Tidak. Faktanya adalah apa yang kita sebut sebagai “pikiran” sebenarnya adalah dua mekanisme yang saling bergantung yang bekerja secara harmonis satu sama lain. Kita menyebut dua bagian pikiran yang berbeda ini sebagai satu: yang pertama adalah pikiran sadar, dan yang lainnya adalah pikiran bawah sadar.

Ini sangat penting karena kedua pikiran belajar dengan cara yang berbeda, yang sangat penting. Kedua pikiran itu saling bergantung. Mereka bekerja sama, tetapi mereka memiliki fungsi yang berbeda. Pikiran bawah sadar adalah pikiran utama dan merupakan sekitar 90% dari otak kita. Pikiran bawah sadar adalah kebiasaan. Ia memiliki program di dalamnya—kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan ini bermain secara otomatis tanpa kita memikirkannya. Ini adalah alam bawah sadar, artinya perilaku ini akan memainkan perannya, bahkan tanpa keterlibatan alam sadar kita.

Ketika Anda masih bayi, Anda belajar berjalan. Itu adalah proses yang disadari. Kemudian menjadi kebiasaan. Hari ini, Anda tidak perlu berpikir, “Saya akan berjalan dari sisi ruangan ini ke sisi lain ruangan. Kaki kiri dulu, oke, sekarang gerakkan kaki kanan.” Yang harus Anda lakukan adalah memiliki niatan untuk menjalankan program, maka pikiran bawah sadar akan secara otomatis melakukan aktivitas berjalan ini, tanpa pikiran sadar Anda berpartisipasi sama sekali.

[NOTE Penerjemah : Meditasi Vipassana yang diajarkan oleh Sang Buddha justru membalikkan mekanismenya, dari yang semula alam bawah sadar yang berperan, menjadi sepenuhnya latihan olah alam sadar, yakni persis seperti ilustrasi di atas, ketika meditasi berjalan, kita menyadari dan mengamati bagaimana kaki kanan kita diangkat, dimajukan, diturunkan, menyentuh lantai, mendorong tubuh maju, dan kaki kiri terangkat, maju, turun, sentuh, angkat, maju, turun, sentuh, dst.]

Banyak kebiasaan berasal dari naluri yang dibangun ke dalam sistem. Dengan kata lain, jika Anda berjalan di luar dan di luar dingin, pengenalan rasa dingin oleh sistem saraf akan menyesuaikan biologi tubuh kita untuk memanaskan dirinya sendiri dan menjaga suhu tubuh Anda pada 98 derajat dengan menghangatkan sistem. Jika Anda berjalan di luar dan cuaca hangat, sistem saraf akan mengambil informasi itu dan akan menyesuaikan tubuh untuk mendinginkan diri sehingga tidak akan melampaui 98 derajat. Suhu tubuh Anda tidak berada di bawah kendali kesadaran Anda; itu adalah alam bawah sadar.

Itu adalah naluri yang tertanam. Kita juga memperoleh kebiasaan. Seperti yang saya katakan, berjalan adalah kebiasaan. Kami tidak memiliki kebiasaan itu ketika kami lahir; kami harus belajar cara berjalan. Tidak hanya sebatas belajar di usia muda. Misalnya, ketika Anda cukup umur untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi, Anda harus belajar mengemudi. Anda harus berlatih. Anda menciptakan kebiasaan dengan belajar. Setelah Anda berhasil mempelajari cara untuk mengemudi, Anda tidak perlu lagi memikirkan detail-detail mengemudi.

Pertimbangkan pertama kali Anda masuk ke mobil. Lihat betapa luar biasanya pikiran sadar menghadapi hal itu. Kami memiliki kaca-kaca—kaca spion, dan kaca spion di pintu. Kita memiliki kaca depan ini untuk memeriksa apa yang terjadi di depan kita. Kita memiliki dasbor dengan instrumen pengukur dan segala macam hal yang terjadi. Kita memiliki pedal gas dan rem, dan pedal kopling jika Anda memiliki transmisi manual. Ketika Anda belajar mengemudi, itu sangat rumit karena begitu banyak detail yang harus dipertimbangkan.

Sekarang Anda telah mengemudi untuk sementara waktu, dan coba tebak apa yang kini terjadi? Ketika Anda masuk ke dalam mobil, Anda tidak perlu lagi memikirkan segala detail-detail itu seperti sebelumnya. Mereka sekarang merupakan kebiasaan otomatis. Saya bisa masuk ke dalam mobil, mengaktifkan kunci kontak, mulai mengemudikan mobil, dan tidak pernah sekalipun memikirkan detail-detailnya. Kebiasaan akan mengatur mengemudi mobil untuk saya. Pikiran bawah sadar adalah pikiran kebiasaan. Kita mempelajari kebiasaan melalui pengalaman hidup, begitupula hal-hal yang diprogram sebagai naluri ataupun insting.

Di sisi lain, ada pikiran sadar. Pikiran sadar benar-benar berbeda dalam fungsinya. Ini adalah pikiran yang kreatif. Pikiranlah yang mengekspresikan harapan kita, kehendak kita, aspirasi kita, dan apa yang kita inginkan dari kehidupan.

Jika saya berkata, “Hei Craig, beri tahu saya apa yang Anda inginkan dari hidup Anda?” Apa pun yang Anda tawarkan sebagai jawabannya, itu akan datang dari pikiran sadar, karena itulah keinginan kreatif. Itulah tepatnya, sesuatu yang Anda nantikan untuk dimiliki. Itu tidak eksis pada mulanya, tetapi Anda dapat memvisualisasikannya bahwa itu dapat terjadi. Kesadaran itu kreatif, sementara alam bawah sadar adalah kebiasaan.

IMCJ: Bagaimanakah pikiran sadar dan bawah sadar bekerja bersama?

Dr Lipton: Saya bisa melihat hidup saya dan saya berkata, “Saya ingin pikiran sadar saya menjalankan hidup saya; itu akan sangat bagus. Perilaku akan dikendalikan oleh harapan, kehendak, dan aspirasi, dan saya harus dapat mewujudkannya.” Nah, inilah teka-teki yang menarik: Apa yang terjadi ketika pikiran sadar terlibat dan tidak fokus pada dunia?

Misalnya, Craig, apa yang Anda lakukan pada hari Minggu pukul 14:00? Jika Anda akan menjawab pertanyaan itu, sadarilah bahwa Anda harus mengalihkan pikiran sadar Anda dari mengamati dunia di sekitar Anda. Itu harus masuk ke dalam kepala Anda dan mencari jawabannya. Karena jawaban untuk "Apa yang akan Anda lakukan di masa depan?" terkunci di beberapa kalender di dalam kepala Anda. Ketika Anda berpikir, pikiran sadar harus masuk ke dalam untuk memproses informasi. Tunggu, jika Anda mengemudikan kendaraan Anda, biologi Anda menggunakan pikiran sadar. Lalu saya mulai berpikir, “Lalu siapa yang mengendalikan kendaraan saat itu?

[NOTE Penerjemah : Konsepsi tentang pikiran dalam Buddhisme, ialah bahwa alam sadar dan alam bawah sadar dapat saling muncul ke permukaan secara silih-berganti dalam kecepatan yang sangat cepat, bahkan tanpa kita sadari terjadi pergantian terus-menerus antara alam sadar dan alam tidak sadar, ketika kita mengalami ilustrasi seperti aktivitas mengemudi sembari diinterupsi kegiatan berpikir seperti contoh di atas.]

Pada saat pikiran sadar terlibat dalam pemikiran, semua fungsi diambil alih oleh kebiasaan yang tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Menurut definisi, alam bawah sadar berarti “di bawah kesadaran”. Itu berarti saya dapat terus berjalan di jalan sementara pikiran sadar saya sedang terlibat secara internal di dalam pikiran. Saat saya berjalan, saya tidak akan berjalan ke pohon atau jatuh dari tepi jalan karena pikiran bawah sadar saya berfungsi sebagai semacam autopilot.

Saya dapat menggunakan pikiran sadar saya untuk menciptakan hidup saya, atau jika pikiran sadar saya terlibat dalam pemikiran atau fokus pada sesuatu, hidup saya diambil alih oleh autopilot: alam bawah sadar. Pada autopilot, perilaku yang akan diekspresikan berasal dari program yang sudah diunduh ke dalam pikiran saya. Di sinilah ketika karet menghantam jalan tentang ini. Sebelum Anda menciptakan kesadaran dalam hidup Anda, Anda harus memiliki program di alam bawah sadar Anda untuk memberi Anda cerita paralel.

Pertimbangkan bahwa saya pergi ke Apple Store dan saya tertarik untuk membeli iPod baru. Saya sangat bersemangat; Saya mendapatkan perangkat baru ini. Saya mengeluarkannya dari kotak dan di bagian depan iPod ada sesuatu yang disebut layar sentuh. Di sinilah Anda memiliki kontrol sadar atas program. Di layar sentuh, saya menekan play, dan tidak ada yang terjadi.

Sekarang saya benar-benar kesal karena saya baru saja menghabiskan semua uang ini untuk iPod terkutuk dan tidak berfungsi. Ada anak kecil berusia 5 tahun yang berdiri di sampingku, menatapku seperti aku ini orang idiot. “Hei tuan,” katanya, “Anda tidak dapat memutar musik apa pun sampai Anda mengunduh beberapa musik.” Saya berkata, “Oh ya, ada hard drive di iPod.” Anda dapat memasukkan program dan musik ke dalam ‘hard drive’ dan setelah Anda memiliki program ini, Anda dapat menggunakan layar sentuh untuk berkreasi dengannya.

Pikiran sadar adalah layar sentuh. Pikiran sadar itu kreatif. Saya dapat membayangkan hal-hal dan saya dapat melakukan semua hal ini, tetapi pikiran sadar tidak dapat bekerja jika tidak ada program dalam pikiran bawah sadar. Inilah sebabnya mengapa bagian pertama dari kehidupan kita, dari trimester terakhir kehamilan hingga 7 tahun pertama kehidupan kita, otak kita berfungsi pada getaran yang lebih rendah, seperti yang ditentukan oleh electroencephalograph, atau EEG. Otak sebagian besar beroperasi dalam getaran atau frekuensi yang disebut theta selama 7 tahun pertama. Theta adalah frekuensi yang lebih rendah dari kesadaran. Theta sebenarnya adalah fungsi otak yang diasosiasikan dengan imajinasi.

Pikirkan tentang itu. Seorang anak di bawah usia 7 tahun mengendarai sebuah sapu sebagai seekor kuda. Dalam pikiran anak itu, itu bukan sapu lagi; itu kuda yang sebenarnya. Anak itu dapat memvisualisasikan berada di atas kuda fisik, menungganginya sekalipun itu hanya sebuah sapu. Itu adalah theta; itulah imajinasi. Jika sang ibu berkata, “Kembalikan sapu itu padaku,” anak itu berpikir, “Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan; ini kuda.” Itulah karakter theta. Theta juga hipnosis.

Relevansinya adalah bahwa kesadaran sebagai fungsi otak, yang dinyatakan sebagai aktivitas alfa EEG, tidak benar-benar muncul hingga sekitar usia 7 tahun. Jika Anda tidak memiliki data apa pun di hard drive, Anda tidak perlu menyadari apa pun. Biologi Anda menyediakan 7 tahun pertama sebagai periode untuk mengunduh data-data. Ketika Anda mencapai usia 7 tahun, kesadaran Anda kemudian dapat memiliki akses ke program-program ini dan menciptakan kehidupan darinya. Sama seperti saya tidak dapat membuat daftar putar musik di iPod saya sampai saya mengunduh beberapa musik, terlebih dahulu.

Masalahnya adalah bahwa program mendasar dalam pikiran bawah sadar kita tidak datang dari keinginan pribadi kita, harapan / kehendak kita, ataupun pencarian spiritual kita. Program pertama yang masuk ke pikiran kita masuk ke alam bawah sadar sebagai unduhan melalui hipnosis pada periode theta. Tapi dari mana program-program itu berasal? Mengamati orang lain.

Mengamati ibu, ayah, saudara kita, dan komunitas kita dalam 7 tahun pertama adalah bagaimana kita memperoleh perilaku-perilaku untuk seorang menjadi anggota keluarga dan sebagai anggota masyarakat. Perilaku-perilaku ini tidak mencerminkan keinginan maupun kehendak kita; mereka hanya disalin dari orang lain.

Inilah masalahnya: Program bawah sadar tidak selalu mencerminkan atau mendukung harapan saya sendiri atau keinginan saya untuk kesehatan, kebahagiaan, dan cinta. Hal-hal ini mungkin tidak ada dalam program yang saya unduh dari orang lain. Kemudian Anda berkata, “Oke, saya tidak akan tunduk begitu saja kepada program-program itu. Saya hanya akan menjalankan hidup saya dengan pikiran sadar saya.”

Itu niat yang luar biasa. Penilaian ilmiah mengungkapkan bahwa harapan, keinginan / kehendak, dan aspirasi dari pikiran sadar kreatif kita hanya mengendalikan perilaku kognitif sekitar 5% dari waktu yang ada. Program bawah sadar mengendalikan 95% dari kehidupan kita. Mengapa harus begitu?

Jawabannya kembali ke, “Hei, Craig, apa yang kamu lakukan pada hari Minggu?” Itu berarti pikiran kreatif dan sadar Anda sekarang masuk ke dalam mencari jawaban dalam pikiran. Pada saat yang sama, karena ia masuk ke dalam, ia tidak memperhatikan apa yang terjadi di luar. Saat itulah alam bawah sadar autopilot mencuat ke permukaan dan mengendalikan perilaku kita.

Dari perilaku yang diunduh yang diperoleh sebelum usia 7 tahun, sebagian besar—70% atau lebih—adalah program-program perihal pembatasan, ketidakberdayaan, dan sabotase diri. Program-program ini diperoleh dari orang lain, bukan dari diri kita sendiri. Sekali lagi, sebagai suatu alam bawah sadar, program-program ini muncul ke permukaan tanpa diketahui oleh alam sadar maupun perhatian kita.

Oleh karena itu, meskipun kita memiliki persepsi dalam pikiran kita bahwa kita mengendalikan hidup kita dengan harapan dan keinginan / kehendak kita, kebenarannya jauh dari itu. Karena pikiran menyebabkan 95% perilaku kognitif kita dikendalikan oleh alam bawah sadar—yaitu, di bawah kesadaran—perilaku “tak terlihat” pikiran, kita berjuang untuk mewujudkan berbagai harapan dan keinginan-keinginan pikiran sadar kita.

IMCJ: Bagaimana interaksi ini mempengaruhi genetika?

Dr Lipton: Menjadi sadar terhadap “pikiran bawah sadar yang menjadi sumber dari perilaku kita”, memberi kita kesempatan untuk mengubah hidup kita dengan “menulis ulang” program-program terkait pembatasan atau hal-hal yang mengganggu kita. Jika kita mengubah program-program itu, kita diberdayakan; bebas untuk mengekspresikan harapan-harapan dan keinginan-keinginan pikiran sadar kita.

Ini benar-benar pemahaman baru tentang biologi. Bawa kita menjauh dari, “Anda adalah korban kehidupan”, untuk memperkenalkan fakta bahwa kita adalah pencipta hidup kita. Kesadaran kita adalah sumber potensi besar untuk menciptakan surga di Bumi.

Kita harus meninggalkan gagasan tentang korban dan berkenalan dengan ilmu baru tentang epigenetik—ilmu pikiran yang melampaui genetik—agar kita mendapatkan kembali kekuasaan dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan.

IMCJ: Apakah ada waktu ketika ini terjadi secara alami?

Dr Lipton: Ya. Ketika kita jatuh cinta dengan seseorang, perubahan besar terjadi dalam hidup kita. Hidup Anda bisa berubah sepenuhnya, sampai hari Anda bertemu orang X. Hari berikutnya seperti, “Astaga, aku sangat jatuh cinta!” Ini adalah surga di Bumi. Hal-hal menjadi lebih indah dan hidup jauh lebih mudah. Anda lebih sehat. Anda lebih bahagia. Anda menciptakan dunia kegembiraan dan cinta, dan itu disebut bulan madu.

Ketika kita jatuh cinta, kita berhenti memfokuskan pikiran sadar kita dalam pikiran, dan mulai menjaganya tetap ada dalam kondisi kekinian. Ini disebut menjadi penuh perhatian. Artinya, jika Anda telah mencari orang ini sepanjang hidup Anda, mengapa Anda mengarahkan kembali pikiran Anda untuk masuk ke dalam pikiran, ketika apa yang Anda cari ada tepat di depan wajah Anda?

Ilmu pengetahuan telah mengakui bahwa segera setelah jatuh cinta, kita memasuki periode perhatian penuh di mana kita menjaga pikiran sadar kita tetap hadir di kekinian. Artinya, ketika Anda jatuh cinta untuk pertama kalinya, Anda berhenti memainkan program bawah sadar yang telah mengendalikan 95% hidup Anda. Anda mulai menjalankan program-program yang didasarkan pada harapan-harapan dan keinginan-keinginan sadar Anda. Tiba-tiba saja, tanpa program-program—tanpa program-program bawah sadar—kita mulai mengalami kehidupan surgawi.

Program-program itu akhirnya muncul kembali ke permukaan, karena mau tidak mau kita mulai berpikir lagi. Tebak apa yang terjadi? Mereka menyabot seluruh pengalaman bulan madu, yang akhirnya menghilang; kemudian kehidupan kembali seperti semula sebelumnya. Sebagian besar dari program-program tersebut melemahkan dan menyabotase diri sendiri. Kita cukup kuat jika kita bisa keluar dari program.

Di sinilah masa depan akan membawa kita: Pengetahuan bahwa kita adalah kuat adanya, sangat berbeda dengan program yang kita terima bahwa kita adalah korban. Kami bergerak ke masa depan yang baru, di mana kita mulai mengenali, “Ya ampun, pikiran saya menciptakan masalah-masalah ini.”

Kembali ke isu mengenai kesehatan, itu bermuara pada fakta sederhana: Kurang dari 1% penyakit dikaitkan dengan genetika. Lebih dari 90% penyakit adalah cerminan total dari lingkungan dan terutama program kita: perilaku yang melemahkan dan menyabotase diri sendiri yang kita peroleh dalam 7 tahun pertama. Karena program-program yang melemahkan itu didasarkan pada lingkungan dan persepsi kita, dan karena kita dapat mengubah lingkungan dan persepsi kita, kita memiliki kekuatan untuk membebaskan diri kita dari penyakit dan mulai menjalani bulan madu yang bahagia selamanya dari pengalaman hidup yang kita semua yakini bahwa kita bisa memperolehnya. Cara untuk melakukannya adalah dengan menghilangkan program bawah sadar yang menyabotase diri sendiri ini yang diperoleh selama 7 tahun pertama kehidupan kita.

IMCJ: Apa yang telah Anda amati pada tingkat sel yang membuat Anda percaya bahwa sel menunjukkan adanya kesadaran ini?

Dr Lipton: Seperti yang saya katakan, saya menumbuhkan sel dalam cawan kultur jaringan dan menggunakan media kultur untuk memperkirakan darah. Selain nutrisi dan oksigen yang dibawa dalam darah, darah juga mengirimkan informasi: sinyal-sinyal, hormon-hormon, faktor-faktor pertumbuhan, dan agen-agen neuroregulasi. Informasi ada pada lingkungan dari sel.

Informasi ini, dengan berinteraksi dengan membran sel — yang merupakan otak sel — kemudian memungkinkan sel untuk terlibat dalam perilaku-perilaku yang ditimbulkan oleh informasi ini. Sel menjadi sadar terhadap lingkungan dengan membaca informasi dalam media kultur, dimana media kultur alami yang ada di tubuh manusia adalah darah.

Transduksi sinyal, sebuah ilmu baru, mengungkapkan jalur di mana sinyal lingkungan melibatkan perilaku biologis. Antarmuka membran sel membaca lingkungan yang ada disekitar sel dan, sebagai tanggapan terhadap informasi, menyesuaikan perilaku dan genetika sel untuk bertahan hidup di lingkungan itu. Proses berkesadaran menjadi kesadaran biologis dari antarmuka membran sel, yang kemudian menerjemahkan informasi tentang lingkungan sekitarnya ke dalam perilaku-perilaku biologis—transduksi sinyal.

Bagian dari transduksi sinyal adalah ilmu baru yang kita sebutkan, epigenetik. Transduksi sinyal adalah keseluruhan proses: Sinyal lingkungan yang mengendalikan perilaku sel dan perilaku sel termasuk genetika. Sinyal lingkungan melalui transduksi sinyal dapat masuk ke dalam nukleus dan secara selektif mengubah pembacaan cetak biru gen kita.

IMCJ: Itu bisa menimbulkan respons yang terdiferensiasi?

Dr Lipton: Tentu saja. Inilah sebabnya mengapa perubahan persepsi individu dapat mengubah biologi mereka, hampir seketika. Seberapa cepat Anda dapat mengubah genetika? Ada penelitian yang menunjukkan pembacaan genetik dari beberapa gen inflamasi pada sekelompok orang yang kemudian menjalani proses meditasi. Setelah 8 jam meditasi, aktivitas gen-gen menjadi berubah. Berapa lama waktu yang diperlukan? Yah, kurang dari 8 jam.

Anda dapat mengubah aktivitas genetik Anda dengan cara Anda mengubah respons Anda terhadap lingkungan. Persepsi yang diasumsikan oleh kalangan umum adalah bahwa gen Anda adalah cetak biru kehidupan Anda—ini sama sekali keliru. Cetak biru hidup Anda didasarkan pada persepsi Anda, karena gen Anda akan berubah sesuai dengan persepsi Anda melalui epigenetik.

Alih-alih menekankan pada gen yang mengendalikan kehidupan, penekanan sepenuhnya berbalik untuk mengenali apa yang menjadi persepsi Anda, melalui transduksi sinyal, diterjemahkan ke dalam perilaku biologis. Faktor-faktor ini tidak hanya mengontrol perilaku Anda, tetapi juga mengontrol aktivitas genetik Anda.

IMCJ: Anda menyebutkan bahwa Anda melihat membran sel sebagai otak sel. Bukankah itu bertentangan dengan pengetahuan konvensional pada titik ini, bahwa nukleus yang merupakan otak dari sel?

Dr Lipton: Ya memang, karena kita berpendapat bahwa gen-gen mengaktualisasikan diri. Artinya, jika gen mampu untuk “ON” dan “OFF” dirinya sendiri, seperti yang kita ketahui, maka itu akan membuat inti dari sel sebagai otak. Karena di situlah letak gen-gen—pada dasarnya, 98% di antaranya.

Karena gen kemudian diberi kesempatan aktualisasi diri, maka semua keputusan dibuat oleh gen-gen di dalam nukleus. Nah, itu ternyata benar-benar salah. Gen tidak mengaktualisasikan diri. Mereka tidak membuat keputusan sama sekali. Kontrol dari gen-gen bukan berdasarkan aktivitas yang melekat pada DNA itu sendiri. Perubahan pada aktivitas genetik adalah disebabkan oleh interaksi sel dengan sinyal-sinyal terkait lingkungannya.

Ketika saya memasukkan sel-sel ke dalam kultur jaringan, nasib dari sel-sel tersebut tidak ditentukan oleh gen. Mereka semua memiliki gen-gen yang sama. Nasib dari sel ini ditentukan oleh informasi di lingkungan sekitarnya.

Jadi, apa yang membaca informasi itu? Jawabannya adalah, “Bukan gen secara langsung.” Ini adalah membran sel melalui reseptor yang mengambil sinyal-sinyal dan menerjemahkannya ke dalam biologi, yang kemudian mengirimkan sinyal ke dalam nukleus, yang kemudian mengontrol aktivitas genetik. Inilah esensi dari epigenetika, sains yang baru.

Gen tidak membuat keputusan, jadi pertanyaannya adalah: “Jika mereka tidak membuat keputusan, di mana keputusan kita dibuat?” Itu membawa kita kembali ke membran sel, yang merupakan organel pertama yang berevolusi dalam evolusi sel.

Jika tidak ada membran, tentu saja tidak ada sel. Sebagai antarmuka antara apa yang ada di luar sel dan di dalam sel, membran membaca kedua lingkungan. Pada posisi ini, membran membaca lingkungan eksternal dan kemudian menyesuaikan fungsi lingkungan internal tubuh dirinya untuk menjaga sel ini tetap hidup. Gagasan bahwa adalah gen-gen yang mengendalikan biologi, sama sekali salah adanya.

Saya memahami ini pada tahun 1964 ketika saya melakukan eksperimen enukleasi pertama saya. Jika Anda mengeluarkan otak dari organisme hidup apa pun, konsekuensi yang terjadi kemudian ialah kematian. Jadi, jika nukleus adalah otak sel, maka akibat proses yang disebut enukleasi ini, yaitu mengeluarkan nukleus menggunakan sebuah alat bernama mikropipet, akan menyebabkan kematian sel.

Tebak apa? Anda dapat mengenukleasi sel. Sel ini akan bertahan hidup selama berbulan-bulan tanpa ada gen di dalamnya. Ia tidak hanya duduk di sana; ia melakukan setiap fungsi yang dimilikinya sebelumnya. Ia bergerak di sekitar. Ia menelan makanan. Ia bernapas. Ia membuang kotoran. Ia berkomunikasi dengan sel lain. Semua ini terjadi tanpa gen.

Kalau begitu, jelas ada sesuatu yang mengoordinasikan perilaku sel dan sementara itu tidak ada gen di dalamnya. Dari mana sih kontrolnya berasal? Jawabannya adalah apa yang membawa saya ke membran sel. Membran sel adalah antarmuka kontrol. Sementara itu gen-gen hanyalah elemen-elemen responsif yang berada jauh di bawah sana.

Relevansinya adalah bahwa keseluruhan cerita DNA yang dilakukan dan disebarkan oleh Watson dan Crick sebagai “DNA mengontrol kehidupan dan menggandakan diri, oleh karena itu ia mengontrol dirinya sendiri,” mengarah pada sesuatu yang disebut dogma sentral, yang merupakan refleksi dari bagaimana informasi mengalir dalam pemikiran konvensional perihal biologi. Konvensi ini menetapkan bahwa informasi mengalir dari DNA ke RNA ke protein secara searah; aliran informasi ini mengarah pada keyakinan bahwa gen-gen mengendalikan hidup kita.

Sayangnya, Watson dan Crick meninggalkan beberapa hal yang sangat penting dari penjelasan itu. Mereka menanggalkan protein membran dan protein kromosom yang mengontrol DNA, yang disebut protein pengatur. Tetapi bahkan protein-protein itu dikendalikan oleh sinyal-sinyal terkait lingkungan. Bukan DNA ke RNA ke protein.

Yang kini menjadi pemahaman baru kita adalah: sinyal lingkungan ke protein pengatur, sebelum kemudian ke DNA, ke RNA, dan kemudian ke protein sebagai alurnya. Mengapa itu menjadi relevan? DNA tidak berada di puncak skema informasi itu; namun adalah lingkungan. Meninggalkan peran dibalik protein pengatur kromosom, yang bertanggung jawab untuk mengatur DNA, kita memiliki persepsi yang salah tentang sifat dan peran DNA dalam mengendalikan hidup kita.

Dalam masa-masa latihan, kita akan mendapati bahwa “alam bawah sadar” kerap menyabotase, membajak, serta mengintervensi “alam pikir” kita. Namun tidak perlu berputus asa, terlebih berlarut-larut dalam rasa tidak berdaya. Teruskan berlatih, secara berkesinambungan, mengingat “olah raga alam sadar ini” bersifat jangka panjang hasilnya baru akan berbuah dan dapat kita rasakan faedah manisnya, dimana otot-otot “alam sadar” kita kelak akan mampu menaklukkan “alam bawah sadar” dengan cukup mudahnya.

Jangan menyerah ataupun merasa putus asa bila pada mulanya kita akan kerap mengalami serangkaian kegagalan yang cukup menggoda kiat berkecil hati ketika berlatih penguatan otot-otot “alam sadar” menghadapi dominasi “alam bawah sadar” yang sudah mengerak dan membatu sehingga perlu dikikis perlahan-lahan dan setahap demi setahap. Mengasuh diri, diperlukan sebentuk kesabaran yang sama seperti ketika kita mengasuh seorang anak, level kesabaran setingkat itulah yang kita butuhkan untuk serta dalam rangka mengasuh “alam sadar” kita agar dapat berhasil menjalankan visi-misi memprogram ulang “alam bawah sadar” kita yang telah tertanam jauh kedalam “alam pikir” kita dan mencengkeram erat dengan akar-akar mereka yang telah tumbuh sangat besar sehingga tidak mudah bagi kita untuk mencabutnya secara seketika. Akhir kata, penulis mengucapkan selamat berjuang dan bersama-sama berlatih dengan tekun dan gigih tanpa menyerah.

© Hak Cipta HERY SHIETRA.

Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.