Tidak ada seorang pun yang
tahu secara pasti,
Apa yang akan terjadi di masa
mendatang.
Apapun dapat terjadi,
Tidak ada kepastian,
Dan tidak ada yang dapat menjamin.
Segalanya berubah,
Dan pasti berubah,
Serta akan kembali berproses
dalam perubahan yang berkesinambungan,
Tanpa ada yang dapat dipegang,
dilekati, ataupun diganggam erat.
Bila engkau tidak siap secara
mental,
Bila pasangan hidupmu,
Suami atau istri,
Setelah menikah,
Atau setelah melahirkan anak,
Maupun seiring bertambahnya
umur,
Menjadi gemuk,
Menjadi tidak lagi menarik
dari segi tubuh ataupun wajah,
Menjadi jatuh miskin atau
bangkrut usahanya,
Terkena pemutusan hubungan
kerja,
Melirik pria atau wanita
lain,
Berselingkuh,
Mengidap penyakit,
Berumur pendek,
Meninggal,
Maka opsi terbaiknya ialah
untuk tidak menikah.
Bila engkau tidak siap secara
mental,
Menemukan kenyataan bahwa
anak-anak kalian,
Terlahir dengan tubuh tidak
sempurna,
Terdapat kelainan mental,
Memiliki kecerdasan yang
tidak memadai,
Sangat amat nakal,
Tidak berbakti,
Suka melawan dan membantah,
Atau bahkan tumbuh besar
menjadi seorang kriminal yang mencemarkan nama baik keluarga,
Maka opsi terbaik yang dapat
dipilih ialah untuk tidak melahirkan anak.
Bila kita tidak siap secara
mental atau tidak lagi ingin diperlakukan sewenang-wenang oleh tempat kita
bekerja,
Menjadi seorang pegawai atau
karyawan,
Diekploitasi secara tidak
adil,
Tidak diberikan apa yang menjadi
hak-hak kita,
Diberhentikan tanpa
kompensasi,
Dicurangi,
Dilecehkan oleh atasan atau
rekan kerja,
Upah yang tragis,
Maka janganlah selamanya
menjadi seorang pegawai atau pekerja.
Bila kita tidak siap secara
mental atas resiko usaha,
Bisa untung,
Juga bisa merugi,
Konsumen yang nakal,
Pegawai yang curang,
Kompetisi usaha yang ketat
serta keras,
Maka tidak perlu paksakan
diri menjadi seorang wirausahawan.
Bila kita tidak siap secara
mental dikhianati oleh teman atau orang-orang terdekat kita,
Maka cukuplah kita berkawan
dan berjalan dengan diri kita sendiri,
Tanpa terobsesi untuk
mengandalkan orang lain,
Belajar untuk mandiri,
Meraba-raba dunia asing ini
sebatang kara,
Suka dan duka seorang diri.
Bila seseorang tidak siap secara
mental untuk menderita suka maupun duka dalam hidup,
Menjadi tua, sakit, dan
meninggal dunia,
Hidup yang serba tidak pasti
ini,
Maka bertekadlah untuk
memutus belenggu rantai karma,
Agar tidak lagi terlahir kembali
dalam rahim manapun.
Kesemuanya mengandung resiko,
Resiko menjadi seorang ayah
atau suami,
Resiko sebagai seorang istri
atau ibu,
Resiko sebagai seorang anak,
Termasuk resiko untuk menjadi
seseorang yang melajang atau membujang untuk seumur hidup.
Hidup adalah pilihan,
Lengkap dengan konsekuensi
resikonya masing-masing.
Bila Anda tidak siap untuk
menderita,
Maka janganlah menjadi orang
baik.
Orang baik akan mendapati
betapa kejam dunia ini,
Membuat si baik hati akan
meneteskan air mata dan perih.
Bila Anda tidak siap secara
mental untuk disiksa dan tersiksa di neraka,
Maka tidak pernah berbuat
kejahatan merupakan opsi terbaik.
Bila di dunia ini hanya ada
dua opsi pilihan bagi Anda,
Manakah yang akan Anda pilih,
Dimakan atau memakan?
Memangsa atau termangsa?
Anda lihat,
Dunia dan kehidupan ini jauh
dari kata ideal.
Adalah utopis,
Ketika seseorang berdelusi
bahwa akan ada keadilan setelah kematian.
Bila di dunia manusia tidak
ada yang namanya keadilan sejati,
Maka atas dasar ilusi apakah,
Anda mengharap akan ada
keadilan di dunia ini?
Bahkan hukum karma sekalipun
tidak seadil dan tidak seideal itu,
Karma seringkali berbuah
tidak tepat pada waktunya.
Bila tidak demikian,
Maka untuk apakah,
Pangeran Siddhatta memilih
untuk memutus belenggu rantai karma,
Dan tidak pernah lagi
terlahir kembali dalam rahim manapun?
©
Hak Cipta HERY SHIETRA.