Apapun dapat Terjadi Disertai Segala Resikonya, sebuah Puisi tentang Kehidupan dan Pilihan

HERY SHIETRA, Apapun dapat Terjadi Disertai Segala Resikonya, sebuah Puisi tentang Kehidupan

Tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti,

Apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Apapun dapat terjadi,

Tidak ada kepastian,

Dan tidak ada yang dapat menjamin.

Segalanya berubah,

Dan pasti berubah,

Serta akan kembali berproses dalam perubahan yang berkesinambungan,

Tanpa ada yang dapat dipegang, dilekati, ataupun diganggam erat.

Bila engkau tidak siap secara mental,

Bila pasangan hidupmu,

Suami atau istri,

Setelah menikah,

Atau setelah melahirkan anak,

Maupun seiring bertambahnya umur,

Menjadi gemuk,

Menjadi tidak lagi menarik dari segi tubuh ataupun wajah,

Menjadi jatuh miskin atau bangkrut usahanya,

Terkena pemutusan hubungan kerja,

Melirik pria atau wanita lain,

Berselingkuh,

Mengidap penyakit,

Berumur pendek,

Meninggal,

Maka opsi terbaiknya ialah untuk tidak menikah.

Bila engkau tidak siap secara mental,

Menemukan kenyataan bahwa anak-anak kalian,

Terlahir dengan tubuh tidak sempurna,

Terdapat kelainan mental,

Memiliki kecerdasan yang tidak memadai,

Sangat amat nakal,

Tidak berbakti,

Suka melawan dan membantah,

Atau bahkan tumbuh besar menjadi seorang kriminal yang mencemarkan nama baik keluarga,

Maka opsi terbaik yang dapat dipilih ialah untuk tidak melahirkan anak.

Bila kita tidak siap secara mental atau tidak lagi ingin diperlakukan sewenang-wenang oleh tempat kita bekerja,

Menjadi seorang pegawai atau karyawan,

Diekploitasi secara tidak adil,

Tidak diberikan apa yang menjadi hak-hak kita,

Diberhentikan tanpa kompensasi,

Dicurangi,

Dilecehkan oleh atasan atau rekan kerja,

Upah yang tragis,

Maka janganlah selamanya menjadi seorang pegawai atau pekerja.

Bila kita tidak siap secara mental atas resiko usaha,

Bisa untung,

Juga bisa merugi,

Konsumen yang nakal,

Pegawai yang curang,

Kompetisi usaha yang ketat serta keras,

Maka tidak perlu paksakan diri menjadi seorang wirausahawan.

Bila kita tidak siap secara mental dikhianati oleh teman atau orang-orang terdekat kita,

Maka cukuplah kita berkawan dan berjalan dengan diri kita sendiri,

Tanpa terobsesi untuk mengandalkan orang lain,

Belajar untuk mandiri,

Meraba-raba dunia asing ini sebatang kara,

Suka dan duka seorang diri.

Bila seseorang tidak siap secara mental untuk menderita suka maupun duka dalam hidup,

Menjadi tua, sakit, dan meninggal dunia,

Hidup yang serba tidak pasti ini,

Maka bertekadlah untuk memutus belenggu rantai karma,

Agar tidak lagi terlahir kembali dalam rahim manapun.

Kesemuanya mengandung resiko,

Resiko menjadi seorang ayah atau suami,

Resiko sebagai seorang istri atau ibu,

Resiko sebagai seorang anak,

Termasuk resiko untuk menjadi seseorang yang melajang atau membujang untuk seumur hidup.

Hidup adalah pilihan,

Lengkap dengan konsekuensi resikonya masing-masing.

Bila Anda tidak siap untuk menderita,

Maka janganlah menjadi orang baik.

Orang baik akan mendapati betapa kejam dunia ini,

Membuat si baik hati akan meneteskan air mata dan perih.

Bila Anda tidak siap secara mental untuk disiksa dan tersiksa di neraka,

Maka tidak pernah berbuat kejahatan merupakan opsi terbaik.

Bila di dunia ini hanya ada dua opsi pilihan bagi Anda,

Manakah yang akan Anda pilih,

Dimakan atau memakan?

Memangsa atau termangsa?

Anda lihat,

Dunia dan kehidupan ini jauh dari kata ideal.

Adalah utopis,

Ketika seseorang berdelusi bahwa akan ada keadilan setelah kematian.

Bila di dunia manusia tidak ada yang namanya keadilan sejati,

Maka atas dasar ilusi apakah,

Anda mengharap akan ada keadilan di dunia ini?

Bahkan hukum karma sekalipun tidak seadil dan tidak seideal itu,

Karma seringkali berbuah tidak tepat pada waktunya.

Bila tidak demikian,

Maka untuk apakah,

Pangeran Siddhatta memilih untuk memutus belenggu rantai karma,

Dan tidak pernah lagi terlahir kembali dalam rahim manapun?

© Hak Cipta HERY SHIETRA.