Tes SQ : NATAL adalah BERKAH ataukah PETAKA? Juru Selamat ataukah Juru (Pembawa) Petaka?

HARI BERDUKA UMAT MANUSIA YANG DIRAYAKAN DENGAN MERIAH DAN KECERIAAN BAGI MEREKA YANG DUNGU, UNTUK SETIAP TAHUNNYA

Akibat kebodohan batin serta kekotoran batin, si dungu memandang apa yang sebetulnya “petaka”, dianggap sebagai “berkah” dan kemudian mereka peringati serta rayakan sebagai Hari Raya yang dimeriahkan oleh semarak pesta dan segala puji-syukur setiap tahunnya.

Orang Baik bagai Tidak Kasat Mata sehingga Tidak Dihargai oleh Masyarakat, mengapa? Ini Penyebabnya

“Adalah tidak mungkin dan tidak terbayangkan bahwa seorang yang jahat dapat mengenali seorang yang jahat. Juga adalah tidak mungkin dan tidak terbayangkan bahwa seorang yang jahat dapat mengenali seorang yang baik. Adalah mungkin bahwa seorang yang baik dapat mengenali seorang yang baik. Juga adalah mungkin bahwa seorang yang baik dapat mengenali seorang yang jahat.” [Sang Buddha]

Orang Baik Tidak Dihargai karena Orang Jahat Tidak Mampu Melihat Kebaikan akibat Buta Hati

Question: Mengapa ya, orang baik (justru) “sama sekali tidak dihargai”, bukan lagi sekadar “kurang dihargai” oleh orang lain?

BE SMART, not HARD. Bersikap CERDAS, bukan KERAS

HERY SHIETRA, BE SMART, not HARD. Bersikap CERDAS, bukan KERAS

Instead of us choosing to work hard,

Would be ideal,

In many circumstances,

If we choose to work smartly.

Benarkah Agama Samawi Membawa Berkah bagi Umat Manusia?

AGAMA IMING-IMING, Agama yang Mengumbar dan Berjualan Delusi bagi para Pendosa Penuh Khayalan Korup Bernama Penghapusan Dosa bagi Para Pendosa Penuh Dosa

AGAMA SOK TAHU, Khusus bagi para Spekulan yang Merasa Dirinya Paling Tahu Isi Pikiran Tuhan

Question: Negeri ini, Indonesia, tidak pernah kekurangan para “agamais”. Namun mengapa masih banyak juga bencana alam terjadi sepanjang tahun serta setiap tahunnya, silih-berganti seolah tidak kenal henti-hentinya menimpa dengan korban jiwa?

Menyembelih Sesama Manusia, Praktik Ritual Pengorbanan Manusia

PENGORBANAN DENGAN KEKEJAMAN Vs. PENGORBANAN DIRI SENDIRI BEBAS DARI KEKEJAMAN

Question: Mengapa bisa sampai terjadi, pejabat korupsi mengorupsi hak-hak rakyat jelata, ibarat merampok nasi dari piring milik orang-orang yang bahkan lebih miskin daripada sang pejabat-pejabat korup tersebut?

Melawan Arus dan Memahami Bahaya Dibalik Mengikuti Arus

Untuk Apa Belajar Sains ke Kitab Agama, itu Salah Alamat. Belajarlah Sains ke Buku-Buku Sains, bukan justru ke Kitab Agama

Yang Manis (Kenikmatan Duniawi) Jangan Langsung Ditelan, dan yang Pahit (Dukkha Kehidupan) Jangan Langsung Dibuang

Ada orang-orang yang hanya karena membaca ataupun terdapat satu ataupun dua ayat yang tampak seperti ajaran kebaikan pada kitab suatu agama, lantas secara prematur menilai bahwa agama tersebut adalah baik dan layak untuk dipeluk adanya—sekalipun ajaran yang baik tersebut sifatnya umum saja karena juga terdapat di agama-agama lainnya, bahkan norma sosial pun telah mengenalnya sebagai kearifan budaya Timur ataupun semacam hak asasi manusia yang universal sifatnya, dimana disaat bersamaan secara membias para pemeluknya menutup mata dari ajaran-ajaran buruk dan jahat penuh cela moril dalam agama dimaksud.

Memahami Asas Resiprositas / Resiprokal

Prinsip Saling Menghargai antar Umat Beragama secara Bertimbal-Balik, Tidak Toleran secara Bertepuk Sebelah Tangan

Seri Artikel Sosiologi—Anthropologi

Question: Di negara-negara dimana agama Islam adalah mayoritas, para muslim melarang serta memberangus pluralisme ataupun kemajemukan umat beragama. Jangankan jauh-jauh, di Indonesia sendiri, ada banyak kota atau daerah yang melarang pendirian rumah ibadah bagi umat beragama nonmuslim, belum lagi jika kita bicara mengenai berbagai Peraturan Daerah yang bersifat intoleran seperti pemaksaan penutupan rumah makan saat bulan Ramadhan, kewajiban penggunaan kerudung bagi kaum wanita, hingga pemaksaan anak sekolah peserta didik nonmuslim untuk memakai jilbab di Sekolah Negeri.

Kita pun menjadi bertanya-tanya, ini negara hukum, ataukah negara agama? Artinya, negara-negara mayoritas muslim bersikap intoleran dan tidak terbuka bagi kemajemukan umat beragama. Lantas, mengapa justru mereka yang paling keras berteriak perihal Uighur, Rohingya, dan sebagainya, dengan maksud menuntut diberi keistimewaan berupa toleransi untuk beribadah dan mengekspresikan agamanya, bahkan diberi kebebasan untuk menjadi separatis di negara-negara nonMuslim?

Antara Ibadah, Praktik Rituil, Norakisme dan Narsistik-isme

Beribadah secara HENING, Hening itu Indah, Damai, Sakral, Penuh Makna, dan Mendalam

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Question: Mengapa bisa ada agama, yang mana para umatnya ketika beribadah begitu norak dan narsis, sampai-sampai mengganggu ketenangan hidup umat beragama lain, seolah-olah umat agama lain tidak butuh beribadah sesuai keyakinannya masing-masing secara tenang dan bebas dari segala gangguan, tidak terkecuali gangguan yang bersumber dari “polusi suara” (kebisingan atau suara yang keras akibat speaker pengeras suara eksternal tempat ibadah) maupun “polusi sosial” (parkir liar, menutup jalan milik umum, tebaran sampah yang dibuang sembarangan, dsb, yang mengatasnamakan agama) praktik-praktik ritual keagamaan demikian?

Ada sebuah femomena cukup unik yang biasa kita jumpai. Semua orang dari negara asing yang baru kali pertamanya mengunjungi dan menjejakkan kakinya di Indonesia, bukan dibuat kagum oleh ritual serba “berisik” tersebut, namun justru mengundang ekspresi jijik dan heran disamping senyum sinis ketika kita terangkan bahwa itu adalah praktik ibadah kaum agama tertentu, yang akan terjadi sepanjang harinya mulai dari siang hari, sore, bahkan hingga subuh. Ekspresi mereka seolah hendak berkata, bahwa bangsa kita di Indonesia belum dapat disebut beradab adanya.

Maksud MERUGI Tidak Memeluk Agama PENGHAPUSAN DOSA

Agama SUCI, Agama KSATRIA, Vs. Agama DOSA

“Agama DOSA” namun Dilabel Kemasan sebagai “Agama SUCI”

Question: Ada suatu agama tertentu, yang selalu membuat jargon klaim, bahwa adalah “merugi” yang tidak menjadi pemeluk agamanya tersebut. Maksudnya apa itu, kata “merugi” yang selalu mereka dengung-dengungkan kepada publik sebagai alat marketing mereka untuk menghimpun umat?

Mengapa Polisi (Bisa) Sejahat Itu? Ini Alasannya

Mengapa Polisi Lebih Jahat daripada Preman? Preman Tidak Disumpah Jabatan untuk Menegakkan Hukum, namun Polisi Disumpah Jabatan untuk Menegakkan Hukum dan Keadilan serta Diberi Gaji dari Pajak yang Dibayar Masyarakat maupun Memonopoli Penegakan / Akses Pidana

Polisinya Saja Jahat, bagaimana Penjahatnya?

Question: Polisi ada di sumpah jabatan untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, mengenmban amanat sebagai aparatur penegak hukum. Namun, mengapa justru polisi itu sendiri yang kerap melanggar hukum? Lihat saja berbagai “sarang” para polisi berkantor dan bermarkas, semisal Kantor Polisi, tempat pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) ataupun STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), banyak terjadi pungutan liar, penyalahgunaan kekuasaan, maupun ajang pamer kekuasaan dan arogansi kalangan kepolisian. Bila di “sarang” polisi saja banyak kejahatan, terjadi secara masif dan terang-terangan, apa yang dapat kita harapkan dari keberadaan polisi di negeri ini?

Sekarang ini bahkan ada tragedi kemanusiaan, dimana Kepala Divisi Propam POLRI yang menjadi penegak etik, panutan, serta menjadi suri teladan tertinggi kalangan profesi polisi, justru memerintahkan anak buahnya yang juga anggota polisi, bahkan para petinggi kepolisian, untuk melakukan pembunuhan berencana terhadap warganegara lainnya. Anehnya, yang tidak masuk diakal ialah, mengapa polisi yang punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menegakkan hukum, bahkan memonopolinya, justru “main hakim sendiri” dan melanggar hukum? Bagaimana masyarakat mau diharapkan untuk patuh terhadap hukum, bila polisinya sendiri saja melanggar hukum?

Keganjilan berikutnya yang tidak dapat diterima oleh nurani masyarakat luas ialah, bagaimana mungkin para polisi maupun perwira polisi yang menjadi bawahan sang atasan, menurut saja dan patuh ketika diperintahkan untuk membunuh alias merampas nyawa dan hidup warga lainnya, entah itu korbannya ialah warga sipil ataupun sesama anggota kepolisian? Jangan-jangan disuruh untuk lompat ke jurang dan ke neraka pun, mereka menurut dan patuh saja secara membuta. Kultur patuh dan menghamba pada iblis yang memberikan perintah jahat, bahkan melanggar tugas dan kewenangannya, menyalahgunakan kekuasaannya, “yes man” ABS—asal Bapak senang, sebenarnya apa akar penyebabnya?

Kita Bisa Bertekad dan Membuat Tekad untuk Pengondisian Kelahiran Kita Berikutnya

Karena Ada KEMATIAN, maka Ada KELAHIRAN

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Question: Banyak sekali kejahatan dan pelaku kejahatan di republik ini, sementara itu polisi tidak bisa diandalkan, lebih sering mengabaikan dan menelantarkan aduan ataupun laporan korban dan masyarakat. Apakah dimungkinkan menurut hukum tumimbal lahir, untuk bertekad agar saya dikehidupan berikutnya, saat meninggal dunia dan terlahirkan kembali, diri saya ini bisa rebirt atau reborn sebagai seorang penegak hukum yang benar-benar dapat diandalkan oleh masyarakat untuk memberantas kejahatan?

Pejalan Kaki Vs. Banteng dan Kuda BESI (Pengendara Mobil dan Motor)

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Question: Tidak mudah menjadi seorang pejalan kaki di negeri ini (Indonesia), kondisi jalan umumnya tidak layak dan tidak manusiawi (tidak pejalan kaki “friendly”). Ketika mendapati kondisi berat jalanan seperti adanya lubang ataupun ranting-ranting terjuntai di pinggir jalan ataupun atap-atap rumah di sisi kiri jalan yang pendek tingginya sehingga berpotensi melukai mata kami sebagai pejalan kaki yang berpostur tubuh tinggi, yang terpaksa dalam beberapa kesempatan karenanya harus bergeser ke bahu jalan agak ke tengah, pengendara kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat seketika mengklakson saya, bahkan tidak jarang memaki atau menatap ganas kepada saya selaku pejalan kaki.

Mereka bersikap seolah pejalan kaki menghalangi jalan mereka dan menjadi kasta paling rendah yang tidak berhak atas jalan (milik) umum. Namun tidak lama kemudian, tidak jauh dari ruas jalan yang sama, saya berjalan persis di sisi kiri bahu jalan, akan tetapi masih juga diklakson oleh pengedara dari arah belakang. Pejalan kaki sungguh-sungguh menjadi kalangan minoritas di republik (Indonesia) ini, mungkin karena trauma menjadi pejalan kaki yang selalu lemah jika menghadapi kuda atau banteng besi.

Jika pejalan kaki hendak memaki atau meneriaki mereka, pejalan kaki yang dipandang “tidak waras”, sementara itu mereka seenaknya dapat mengklaksoni seorang pejalan kaki dengan begitu kerasnya tanpa rasa malu ataupun bersalah, untuk mengintimidasi ataupun meminta didahulukan oleh pejalan kaki. Semestinya mereka merasa malu, namun dasarnya bangsa yang memang tidak punya rasa malu, bahkan justru meminta didahulukan oleh pejalan kaki.

Semestinya memberi jalan, bukan justru merampas hak pejalan kaki. Bagaimana kata-kata yang tepat dapat seorang pejalan kaki utarakan kepada mereka, bila mereka masih juga menuding pejalan kaki sebagai pengganggu ataupun penghalang jalan mereka? Karena jalan (milik) umum (selama ini) didominasi pengendara kendaraan bermotor, maka mereka berdelusi bahwa jalan umum adalah jalan milik mereka, para pengendara, bukan jalan milik pejalan kaki. Bukankan itu tidak logis serta tidak etis? Mengapa bangsa yang katanya tekun dan rajin beribadah ini, bahkan tidak tahu apa itu “etika berkendara”? Jangankan bersikap Tuhanis kepada Tuhan, bersikap humanis kepada sesama manusia pun mereka gagal.

Appreciating Life and Being Happy, is a Must. Menghargai HIdup dan Berbahagia, adalah Keharusan

HERY SHIETRA Appreciating Life and Being Happy, is a Must. Menghargai HIdup dan Berbahagia, adalah Keharusan

Having wise close people,

And sincerely love us,

It is a valuable condition,

We should be grateful and appreciate,

And maintain such positive relationships,

So that it doesn’t become extinct.

Jangan Bersikap Seolah-Olah Hanya Anda yang Berat dan Letih Mencari Uang

SEBELUM MEMINTA DIMAKLUMI, MAKLUMI DAHULU ORANG LAIN

Pada suatu pagi menjelang siang, saat hendak memasuki rumah untuk mengambil air, di depan gerbang kediaman penulis, melintas seorang bapak yang memikul tikar jualannya yang ia jajakan sepanjang jalan dengan berjalan kaki—“kerja keras”, alih-alih “kerja cerdas”, dimana yang bersangkutan bisa saja meminjam modal usaha untuk membeli sepeda dalam rangka berjualan tikar tanpa harus memikul tikar dagangannya.

The Paradox of Freedom, Responsibility, and Self-Control. Paradoks tentang Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Pengendalian Diri

HERY SHIETRA, The Paradox of Freedom, Responsibility, and Self-Control. Paradoks tentang Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Pengendalian Diri

For whose benefit and good,

Those freedom,

Responsibility,

And self-control?

When freedom,

Tend to lead us astray,

So we need to learn about self-control.

Gado-Gado Carina Bojong Indah, HARAM (BERACUN & JOROK TIDAK DICUCI, BUMBUNYA PESTISIDA PLUS KUMAN PENYAKIT)

Gado-Gado Carina, Bojong Indah, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Bumbunya PESTISIDA, TOXIC! BERACUN! Halal ataukah Haram?

Gado-Gado Carina Menjual RACUN untuk Dimakan Konsumennya yang Bayar Mahal!

Gado-Gado Carina JUAL MAHAL NAMUN JUSTRU MERUSAK DAN MENCELAKAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KONSUMENNYA, DURHAKA, PENDOSA, JAHAT!

Hargai serta Optimalkan Potensi dan Bakat Diri Kita Sendiri, dengan Tetap Berwelas-Kasih terhadap Kekurangan dan Kelemahan Diri Kita

SENI SOSIAL

Berfokus pada Kelebihan dan Keunggulan Diri alih-alih Berjibaku pada Kekurangan dan Kelemahan

Prestasi-Prestasi yang Dimiliki Orang-Orang Besar, mampu Menutupi Berbagai Kekurangan Dirinya. Karenanya, Optimalkanlah Berbagai Keunggulan, Bakat, dan Potensi Diri Kita—alih-alih Bergelut dan Berjibaku pada Kelemahan Diri Kita

Question: Sebagai angkatan kerja yang tergolong masih sangat muda, mengapa saya merasa adanya ketidak-cocokan dengan berbagai pemilik perusahaan tempat saya mengajukan lamaran kerja? Mereka lebih banyak mencoba menggali kelemahan-kelemahan dan kekurangan saya ketimbang lebih ingin mengetahui maupun mengeksplorasi apa yang menjadi keunggulan dan kelebihan-kelebihan saya. Apa hanya saya sendiri saja yang “aneh” dengan perasaan semacam ini, atau memang lazim adanya dijumpai orang-orang seusia saya?

Agama Islam juga Mengenal Sistem Kasta Penggolongan Masyarakat

SENI SOSIAL

Agama Islam Mengenal dan Melestarikan Sistem KASTA, Kasta Pendosa-Penjilat, Kasta Kafir, dan Kasta Budak Seksuil

Question: Apakah ada agama lain diluar Agama Hindu, yang juga mengenal pembagian kelompok strata sosial masyarakatnya ke dalam segregasi semacam sistem kasta seperti pengotak-kotakan kaum di India yang masih berlangsung hingga dewasa ini?

TAMU yang Wajib Tunduk, Patuh, serta Menghormati Aturan Milik TUAN RUMAH, Bukan Sebaliknya. Kasus PENIPUAN Johnsen Tannato

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi

Johnsen Tannato, Gembel Sinting PENIPU yang Tidak Mau Bayar SEPESER PUN namun Mengklaim Dirinya sebagai Konsumen yang Merasa Berhak Meminta Dilayani oleh Profesi Konsultan yang ia PERKOSA dan PERBUDAK

Question: Ketika menghadapi orang-orang “irasional” dan “arogan” (orang-orang yang “sukar”) yang suka memaksakan kehendaknya sendiri dan tidak bersikap profesional, tidak mampu menghormati ataupun menghargai profesi orang lain maupun tuan rumah ketika bertandang, sebaiknya apa yang perlu kita utarakan agar sikap irasional mereka tidak semakin menjadi-jadi dan merongrong serta meresahkan pemilik rumah ataupun pemilik usaha?

JIka Anak Kandung Sendiri saja Mau dan Tega Disembelih Demi EGO, apalagi terhadap Orang Lain

SENI SOSIAL

Ada Beda antara Godaan Setan dan Cobaan Tuhan, namun Sama-Sama Berupa Bisikan Gaib

Menyembelih dan Mengorbankan Anak, Bukanlah Cinta, namun EGO

Question: Mengapa orangtua bisa begitu egoisnya kepada anak kandung sendiri? Apakah hanya anak, yang bisa durhaka?

Hidup adalah Perjalanan Mendidik Diri Kita Sendiri, Mengikis Sifat dan Pola Pikir Irasional

SENI PIKIR & TULIS

Akibat Cara Berpikir yang Irasional, Kita Memandang yang Tidak Penting sebagai Penting, dan yang Berharga sebagai Tidak Berharga

Kita Tidak Terlahir dalam Kondisi Rasional, Namun Irasional

Masih jelas dalam ingatan penulis, ketika penulis masih seorang bocah kecil yang bodoh, banyak sekali barang-barang yang penulis “bocah” lekati label sebagai “barang milik aku”, lalu melekat erat terhadapnya sedemikian rupa hingga menyerupai “posesif” yang agresif sifatnya. Ketika barang “milik aku” itu rusak karena suatu hal terutama kerusakan mana diakibatkan oleh perbuatan orang lain, penulis “bocah” menjadi ngambek, marah, hingga mengamuk, seolah-olah ada anggota tubuh penulis yang telah dilukai dan disakiti. Memiliki barang, ibarat membuat diri kita menjadi ringkih dan riskan, ketika barang tersebut rusak atau dirusak oleh orang lain, kita merasa seperti ada anggota tubuh kita yang terluka sehingga kita merasakan sakit dan menderita. Orang-orang yang memiliki banyak kepemilikan tanah tersebar di berbagai kota dan daerah, ketika terdapat satu saja objek tanah miliknya diserobot oleh pihak lain, maka ia akan merasa seolah ada bagian dari tubuhnya yang telah diamputasi, dicuri darinya, dan terluka berdarah.

Sesama Pendosa / Penjahat Biasanya Saling Kompromistis

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi

Question: Mengapa ada orang, yang mengakunya orang baik, tapi kok suka marah-marah?

Kiat Membentengi Diri dari Modus MANIPULASI PIKIRAN

SENI PIKIR & TULIS

Seni Berdiri di atas Kaki dan Pikiran Sendiri

Dunia ini Tidak Pernah Kekurangan para Penipu dan Penjahat

Manipulasi pikiran, kerap kita jumpai dalam keseharian, masif sifatnya, intrusif, terselubung ataupun yang eksplisit modusnya, kita sadari maupun tidak kita sadari telah menjadi sasaran manipulasi, serta kasat mata maupun tidak kasat mata. Manipulasi pikiran yang terselubung, penetrasinya berupa memberikan umpan berupa iming-iming agar lawan bicara termakan harapan semu. Sementara itu manipulasi pikiran yang eksplisit biasanya dilakukan dengan membuat lawan bicara merasa ketakutan lewat bentuk-bentuk ancaman, intimidasi, atau sejenisnya.

Dunia ini Tidak Pernah Kekurangan PLONCO Siswa / Mahasiswa, namun Miskin TELADAN

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi bersama Hery Shietra

Plonco Siswa / Mahasiswa, Tidak Berfaedah, mengapa masih Dibudayakan pada Lingkungan Akademik seperti Sekolahan maupun Kampus?

Question: Sebetulnya hal semacam per-plonco-an terhadap siswa maupun mahasiswa di sekolah dan di kampus, apakah ada manfaatnya dan hal positifnya, sehingga dari dulu hingga kini masih saja ada praktik plonco baik di sekolah maupun di kampus yang mana para siswa senior menjadikan plonco sebagai ajang balas-dendam serta pamer kekuasaan akibat relasi yang timpang antara senior dan junior? Mengapa juga pihak sekolah atau kampus, membiarkan praktik primitif kurang beradap semacam itu terus berlangsung?

Tidak Mengenal Manusia maka Tidak Sayang, namun Makin Mengenal maka Semakin Mengerikan

SENI PIKIR & TULIS

Manusia adalah Makhluk (yang) IRASIONAL, Tidak Logis dan Pintar-Pintar (namun) Bodoh

Umat Manusia Tidak Seindah yang Kita Bayangkan maupun Harapkan. Ini Dunia Nyata, bukan Dunia Dongeng yang Manis dan Ideal

Pepatah pernah berpesan, “tidak mengenal, maka tidak sayang”. Anekdot klise tersebut ada benarnya, namun sayangnya tidak betul-betul lengkap, mengingat terdapat ekor kalimat yang selengkapnya berbunyi, “..., namun semakin kita mengenal manusia, semakin kita merasa ‘ngeri’!” Mengapa kita patut merasa sebentuk “kengerian” ketika kita semakin mengenal hati dan isi atau cara berpikir seorang manusia? Semata karena kita semakin tahu “wajah asli” seseorang yang selama ini hidup berdampingan dengan kita, semakin kita tahu mengenai kekotoran batin yang dapat dimiliki dan dilekati oleh umat manusia, dan betapa manusia adalah “makhluk yang irasional” disamping penuh dengan “persona” (topeng)—manusia adalah “makhluk irasional”.

Bila HAUS DARAH disebut sebagai CINTA DAMAI, maka yang disebut sebagai ANTI KEDAMAIAN seperti apakah?

SENI JIWA

Pertanyaan bagi para Muslim, Mohon Klarifikasi dan Dijawab

Jika sedang Ibadah saja, seperti Itu Sikap para Muslim terhadap Orang Lain, (maka) bagaimana ketika Mereka Tidak sedang Beribadah?

Sering penulis bertanya kepada para kalangan Muslim, yang beribadah dengan praktik penggunaan speaker pengeras suara eksternal yang mereka pasang di Masjid, menyerupai “polusi suara” yang merampas ketenangan hidup maupun istirahat umat agama lain yang juga punya hak untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing tanpa saling mengganggu, maka bagaimana ketika mereka tidak sedang beribadah dan tidak sedang berbusana “agamais”, perampasan semacam apa yang akan mereka lakukan? Ketika para Muslim mengatas-namakan Agama Islam untuk berbuat apapun semau mereka, sebagai legitimasi atau justifikasi perbuatan apapun yang mereka perbuat, maka bagaimana dengan gaya hidup para Muslim tersebut ketika tidak sedang ber-“agamais”?

3 Faktor Relasi yang Ideal antar Manusia

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Jangan Paksakan Diri maupun Keadaan, dan Jangan Bersikap Seolah-Olah Tiada Orang yang Lebih Layak dan Lebih Tepat untuk menjadi Pilihan Kita

Question: Yang disebut dengan relasi atau hubungan antar manusia yang sehat, positif, dan berfaedah, seperti apa bentuk dan contohnya?

Apakah hanya Anak yang dapat Durhaka? Apakah Orangtua tidak dapat Durhaka kepada Anak?

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Masing-Masing Peran dan status Memiliki Tanggung-Jawabnya Sendiri

Question: Apakah hanya anak yang “memonopoli” kata “durhaka”? Bagaimana dengan banyak orangtua di luar sana, yang justru mengabaikan dan menelantarkan anak, atau bahkan membuat anak tersiksa hidupnya dan terjerumuskan oleh teladan buruk orangtuanya? Itu ibarat dua pasal “maut” untuk anak, berikut : Pasal Pertama, orangtua selalu benar dan anak selalu salah. Pasal Kedua, jika orangtua salah atau keliru, (maka) rujuk aturan dalam Pasal Pertama. Jadilah, orangtua lebih cenderung bersikap arogan (sewenang-wenang atau cenderung bersikap seenaknya) terhadap anak kandungnya sendiri sekalipun.

Orang Baik untuk Dihargai, Dilindungi, dan Dilestarikan, bukan untuk Dijadikan Sasaran dan Mangsa Empuk, agar Tidak Punah

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Orang Suci pun Sesekali Perlu Menunjukkan TARING TAJAM-nya agar Tidak Dijadikan Objek BULLYING Tangan-Tangan Nakal

Hanya seorang Pengecut, yang Menjadikan Orang-Orang Baik sebagai MANGSA EMPUK

Question: Jika Agama Buddha memang adalah agama yang baik dan suci, mengapa para umatnya masih bisa marah dan galak kepada orang lain?

Tuhan Mencobai Manusia? Untuk Anak Sendiri Kok, Dicoba-Coba?

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Neraka sebagai Tugu / Monumen KEGAGALAN Proses Penciptaan Umat Manusia oleh Tuhan

Question: Disebutkan bahwa Tuhan dengan rencananya sedang mencobai manusia lewat segala kuasanya, seperti bencana alam ataupun segala derita lainnya, agar manusia manjadi kuat ditempa cobaan dan demi memuliakan manusia. Apakah memang logis, segala derita maupun kenikmatan hidup ini adalah pemberian maupun cobaan dari Tuhan?

Bukankah hanya PENDOSA, yang Membutuhkan PENGAMPUNAN / PENGHAPUSAN DOSA?

SENI PIKIR & TULIS

Pertanyaan bagi para Muslim, Ujian bagi Iman sang umat ataukah Iman para Umat tersebut yang sedang Mencobai Tuhan?

Bukankah Tuhan semestinya Tuhanis, dan Tuhanis lebih Luhur daripada Sekadar Humanis?

Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengajukan pertanyaan mendasar kepada para Muslim, dan menunggu jawabannya. Seorang ustad, pada ceramahnya baik di Masjid maupun pada media massa seperti radio, televisi, dsb, menyampaikan bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia (yang dikultuskan dan menjadi saingan terberat bagi Tuhan yang disembah para Muslim), sebagai “rasul Tuhan” juga sekaligus orang yang baik, suci, mulia, luhur, dan menjadi suri tauladan para Muslim, bahkan oleh ibu-ibu pengajian disebut sebagai “kekasih Tuhan”.

Tampil Beda, Siapa Takut? Jadilah seorang PELAWAN ARUS

HERY SHIETRA, Tampil Beda, Siapa Takut? Jadilah seorang PELAWAN ARUS

Banyak diantara kita,

Yang terlena dan berlarut-larut dalam kegembiraan maupun kesenangan yang ditawarkan oleh hidup,

Sekalipun mereka tahu dan menyadari bahwa itu hanya temporer saja sifatnya,

Sebelum kemudian menjerat kita dalam kemelekatan,

Tetap saja mereka senang dibodohi oleh kehidupan,

AGAMA LANGIT Versus AGAMA BUMI

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Agama DOSA Vs. Agama SUCI dan Agama KSATRIA

Question: Ada yang menyebut-nyebut istilah agama langit dan agama bumi, memang apa maksudnya dan bila ada bedanya maka seperti apa contohnya?

KRITIK, Demi Kepentingan Siapakah?

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Bangsa yang ANTIKRITIK, Pendosa yang Berdelusi sebagai Suciwan

Question: Mengapa rata-rata orang Indonesia begitu anti terhadap kritik maupun teguran, bahkan terhadap protes dari korban mereka?

Apakah Rekayasa Genetika Melanggar Etika dan Kode Etik Ilmuan?

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Apakah Mungkin, Sesuatu dapat Terjadi Tanpa Seizin, Kuasa, maupun Rencana Tuhan? Jika ADA, artinya Tuhan TIDAK Maha Kuasa

Question: Semisal ada peneliti yang buat penemuan ataupun teknologi biomolekuler canggih, yang dapat merancang seseorang calon bayi untuk memeiliki genetik tertentu dan tidak memiliki genetik tertentu lainnya, termasuk isu perihal “cloning”, maka apakah sebenarnya itu melanggar kode etik atau semacam etika manusia? Bukakah itu sama artinya melawan kehendak Tuhan? Bukankah itu sama artinya mencoba mendahului kekuasaan Tuhan sang pencipta?

Nilai 100 apakah Hanya Milik Tuhan? Apakah Salah, Manusia Berjuang mencapai Kesempurnaan?

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Yang Buruk / Tidak Sempurna, mengapa Dipertahankan dan Dilestarikan, bahkan Dibanggakan, alih-alih Ditabukan?

Apakah Kesempurnaan hanya Monopoli Tuhan? JIka Manusia Tidak Bisa dan Tidak Boleh Sempurna, artinya Manusia Tidak Mungkin Ciptaan Tuhan dan Tidak dapat Bersatu dengan Tuhan

Question: Guru di sekolah maupun dosen di kampus, sering berkata, nilai ujian 100 itu hanya boleh untuk Tuhan, hanya Tuhan yang sempurna. Kalau begitu, untuk apa kita belajar moralitas agar memiliki watak yang luhur, dan kini kita cukupkan saja berbangga diri pada cacat-cela karakter kita sebagai alibi ketika berbuat salah ataupun sebagai alasan pembenar maupun alasan pemaaf untuk berkelit dari tanggung-jawab? Lantas, apa bedanya kita dengan hewan, yang hanya bisa menyerah pasrah pada keadaan dirinya tanpa daya dan tanpa akal budi, tidak boleh dan tidak dapat berjuang untuk menjadi lebih baik dan mencapai kesempurnaan?

SALAH ALAMAT Jika Korban Mempertanyakan Nasibnya kepada Tuhan

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Question: Mengapa banyak orang bilang bahwa dunia ini tidak adil? Rasanya sudah letih juga bosan, mengeluhkan ketidakadilan dunia ini kepada Tuhan saat berdoa, sama sekali tidak ada perubahan ke arah perbaikan.

MENJERIT adalah HAK ASASI KORBAN

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Question: Terkadang lucu, ketika kita disakiti oleh seseorang, masyarakat kita justru cenderung turut menghakimi kita (korban) ketika berteriak dan menjerit protes penuh kesakitan, sebagai “tidak sopan”, “sudah gila”, “tidak waras”, dan kata-kata menyudutkan lainnya seolah-olah belum cukup luka jiwa yang diderita korban. Memangnya ada orang yang kesakitan karena disakiti, lalu menjerit dengan cara yang sopan dan santun? Memangnya yang menyakiti kita, perilakunya itu sudah “sopan”?

Jika mendapatkan atau menghadapi kejadian yang sangat melukai rasa keadilan dan nurani demikian, apa yang dapat kita lakukan, atau setidaknya dapat kita katakan sebagai tanggapan agar tidak terus-menerus di-diskredit secara tidak patut oleh masyarakat kita yang suka sembarangan menilai, berkomentar, maupun menghakimi?

Apakah Salah dan Egois, Memilih menjadi Bahagia dan Hidup Berbahagia?

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Bahagia dan Membangun Hidup yang Bahagia, adalah HAK ASASI MANUSIA

Kebahagiaan Bukanlah Sumber Kejahatan, Kurangnya Kebahagiaan justru menjadi Sumber Kejahatan

Question: Pernah ada yang bertanya kepada saya, apa keinginan terbesar saya? Saya jawab, saya ingin bahagia, happy, ingin punya hidup yang juga membahagiakan. Namun si penanya kemudian menghakimi saya, dengan tudingan sebagai seseorang yang egois. Apakah memilih untuk bahagia dan menjadi bahagia atau berjuang membangun hidup yang penuh kebahagiaan, adalah egois? Lantas, kita harus jawab apa ketika ditanya seperti itu, ingin hidup yang menderita, atau menderita tidak dan bahagia pun tidak? Jangan-jangan yang bertanya itu sendiri pun tidak tahu apa yang diinginkan olehnya. Jika begitu, mengapa juga masih menghakimi orang lain atas hidup milik saya sendiri dan saya sendiri pula yang paling berhak memutuskan hidup saya?

KODE ETIK MANUSIA, Hargai dan Hormati Profesi Orang lain jika Profesi Anda Sendiri ingin Dihargai dan Dihormati

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Question: Ada yang namanya Kode Etik Jurnalistik bagi kalangan profesi pers, Kode Etik Tenaga Medik bagi tenaga kesehatan, maupun Kode Etik profesi-profesi lainnya. Menjadi mengherankan, ketika umur umat manusia sudah sama tuanya dengan usia Planet Bumi ini, namun belum juga ada semacam Kode Etik Manusia bagi kita yang mengaku sebagai seorang manusia ataupun sebagai seorang warga suatu bangsa.

Ataukah memang bangsa kita selama ini tidak merasa membutuhkan hal semacam Kode Etik untuk hidup berbangsa dan bernegara, sebagai sesama umat manusia? Jika deklarasi semacam Hak Asasi Manusia dicetuskan lembaga persatuan bangsa-bangsa dan diakui oleh seluruh dunia, maka mengapa deklarasi semacam Kode Etik Manusia seolah dinomorduakan atau bahkan dipandang sepele dan “sebelah mata”?

Kiat Cara Menghadapi Preman Pelaku Aksi Premanisme

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

OTOT Tidak Memiliki OTAK untuk Berpikir ataupun untuk Diajak Berpikir, Itulah Preman

Question: Apakah ada tips, untuk bisa melindungi diri dari preman yang banyak berkeliaran di luar sana?

Bagaimana dan seperti apakah Ibadah dalam Buddhisme?

SENI JIWA

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

OVADA PATIMOKkHA, Itulah Ibadah dalam Buddhisme

Question: Bila dalam Agama Buddha, Apa yang menjadi ritual maupun ibadah para umat Buddhis?

PRINSIP EMAS, Perlakukan Orang Lain sebagaimana Kita ingin Diperlakukan

SENI SOSIAL

Seri Artikel Sosiologi : Anda Bertanya, Shietra Menjawab

Perlakukan Orang Lain sebagaimana Kita ingin Diperlakukan, dan Jangan Perlakukan Orang Lain sebagaimana Kita pun Tidak ingin Diperlakukan

Question: Seseorang merasa senang dan gembira ketika melakukan aktivitas yang menimbulkan suara berisik seperti mengemudikan kendaraan motor dengan knalpot bersuara keras, bermain petasan, memutar musik lewat sound system secara keras-keras, sekalipun tidak semua orang menyukainya atau malah terganggu. Begitupula kesenangan yang menimbulkan polusi udara, dan sebagainya. Ada pepatah bilang, perlakukan pihak lain seperti ketika kita ingin diperlakukan. Bukankah justru itu jadi masalah, karena selera atau preferensi setiap orang saling berbeda-beda satu sama lainnya?