Tes SQ : Puluhan Nabi yang Diturunkan Tuhan ke Bumi, Gagal Membuat Punah Satupun Maksiat Paling Primitif, Mengapa?

Dogma yang Mengkampanyekan dan Mengkompromikan Penghapusan / Pengampunan / Penabusan DOSA justru Melestarikan Dosa dan Maksiat, Alih-Alih Melenyapkannya dari Muka Bumi

Hanya seorang PENDOSA, yang Butuh PENGHAPUSAN DOSA (Abolition of Sins)

Dosa dan Maksiat begitu Membuat Kecanduan para Pemeluk Ideologi Penghapusan Dosa (Pecandu Dosa & Maksiat = Pecandu Penghapusan Dosa)

Ketika Tuhan Butuh Melestarikan Dosa dan Maksiat agar Agama Samawi Banyak Peminat, Pemeluk, dan Pecandunya

Question: Konon, menurut agama kristiani, sudah banyak, setidaknya enam nabi yang pernah diutus Tuhan ke dunia manusia. Bahkan, menurut agama islam, sudah dua puluh empat nabi yang dikirimkan Tuhan ke dunia. Namun mengapa dosa dan maksiat yang paling primitif sekalipun, macam mencuri dan berzina ataupun berjudi, masih ada sampai sekarang dan sama sekali tidak ada tanda-tanda kepunahan maksiat-maksiat tersebut, justru kian menjadi-jadi tidak terbendung?

AGAMAIS “Agama DOSA”, Semakin Agamais maka Semakin Menjelma Malapetaka Bagi Dunia

Indonesia adalah Negara Agamais, namun Penjaranya Selalu PENUH, Overcapacity

Question: Indonesia adalah negara agamais, namun mengapa penjaranya selalu penuh sesak oleh kriminil? Apakah negara kita di Indonesia tercinta ini, kekurangan agamais? Negeri kita tidak pernah kekurangan agamais maupun para kriminil. Sebulan berpuasa, konsumsi meningkat drastis saat bulan ramadhan, ajang narsis minta dihormati, kerja malas-malasan dengan alasan berpuasa, menuntut diberikan tunjangan hari raya, lalu mengharap dosa-dosa selama satu tahun dihapuskan. Kalau begitu, untuk apa kita menghormati orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan? Kabar gembira bagi pendosa, sama artinya kabar buruk bagi kalangan korban-korban para pendosa teserbut. Bukankah hanya seorang pendosa, yang butuh penghapusan dosa?

Contoh Nyata Manusia Bisa Gemar Menyakiti dan Mencelakai Dirinya Sendiri

Bila Memang Ada yang Disebut “AKU”, Maka Bukanlah Karakter “AKU” untuk Menyakiti dan Mencelakai Diri-“NYA” Sendiri

Pada awal tahun 2024, pemerintah menerapkan cukai terhadap minuman berpemanis dalam kemasan. Ketika masyarakat berperilaku irasional yang cenderung menyakiti dan merusak dirinya sendiri akibat gempuran produk-produk tidak sehat maupun iklan dan budaya yang kurang sehat, maka negara harus hadir. Pada tahun 2023, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan survei terhadap kebiasaan konsumen Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, dimana pihak Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, menerangkan bahwa survei dilatar-belakangi oleh fenomena konsumsi minuman dalam kemasan yang kian mengkhawatirkan.