Perintah Menumpahkan Darah dan Menyembelih Leher Anak Kandung Sendiri, apakah Perintah Tuhan ataukah Bisikan Setan?

Takwa dan Patuh, ataukah Buta, Membutakan, Buta Diri, dan Dibutakan?

Hanya Mereka yang Bermental Haus Darah, yang Bangga dan Senang Menyembelih dan Menumpahkan Darah, bahkan terhadap Anak Kandung Sendiri

Question: Ada agama samawi yang bahkan merayakan dan mengkampanyekan serta mempromosikan kegilaan menyembelih dan merampas hidup anak sendiri, sampai-sampai menjadi justifikasi praktik jahat “black magic” atau ilmu hitam seperti pesug!han dengan menumbalkan atau mengorbankan hidup anak kandungnya sendiri. Sebenarnya itu memang bisikan Tuhan, yang memberi perintah untuk menyembelih anak kandung sendiri, ataukah bisikan setan? Semua dukun jahat, mengaku kemampuan ilmu saktinya untuk memanipulasi dan merugikan hingga mencelakai hidup orang lain, adalah dari Tuhan, namun ternyata bersekutu dengan setan jahat.

Belajar dan Memahami Hukum Karma Bukanlah untuk Menghakimi Nasib Buruk Orang Lain ataupun Menyombongkan Nasib Baik Diri Sendiri

Ketika Karma Baik (Kebetulan) sedang Berbuah, Tidak Tergoda untujk Bersombong Diri ataupun Menyalah-Gunakannya. Ketika Karma Buruk sedang Berbuah, Tidak Terjebak dalam Rasa Rendah Diri dan Tidak Berputus Asa

Belajar Hukum Karma adalah untuk Introspeksi Diri, Bukan untuk menjadi Hakim bagi Individu Lainnya

Yang Menghakimi Orang Lain, Kelak akan Dihakimi sebagai Buahnya

Dalam sutta tentang “perenungan untuk kerap kali kita lakukan”, Sang Buddha membabarkan tentang salah satu petikan perihal Hukum Karma, yakni kita semua, tanpa terkecuali, baik makhluk di alam neraka, alam setan, alam hewan, alam manusia, alam dewa, alam brahma, terlahir dari perbuatan sendiri, berkerabat dengan perbuatan sendiri, mewarisi perbuatan sendiri,  serta berhubungan dengan perbuatan mereka sendiri masing-masing. Yang menyakiti, akan memetik buah disakiti di masa depan maupun kehidupan yang akan datang, pun sebaliknya yang menolong maka akan ditolong dan tertolong. Sutta ini dikenal seluruh umat Buddhist dalam tradisi Buddhistik Theravada di dunia, dengan istilah dalam Bahasa Pali yang lebih dikenal sebagai “kamma yoni kamma bandhu”—selengkapnya “kamma·dāyādo. I am a heir to my kamma, ; kamma·yoni. I am born [in this life] from my kamma, ; kamma·bandhu. I am the kinsman of my kamma”.