Keberanian untuk Menjalankan Hidup Kita Sendiri. Lebih Baik Disakiti oleh Orang Lain, daripada Membiarkan Diri kita Menyakiti Diri Sendiri

SENI PIKIR & TULIS

Lebih Baik Disakiti oleh Orang Lain, daripada dengan Konyolnya Membiarkan Diri Kita Menderita Sakit maupun Terluka akibat Lalai terlebih Bersikap Bodoh Disebabkan Ketakutan atau ketika Mencoba Berkelit dari Rasa Takut terhadap Ancaman Orang Lain

Bila Kita Disakiti atau Dilukai oleh Orang Lain, Kita bisa Menuntut Tanggung-Jawab dari Mereka. Namun bila Kita Sakit ataupun Terluka akibat Sikap Abai dan Lalai Kita, terlebih Menjebloskan Diri akibat Dikuasai Rasa Takut, Kita bisa Menuntut Siapa untuk Dimintakan Tanggung-Jawab?

Jangan pernah membuat keputusan atas dasar ketakutan, karena itu pasti merugikan kepentingan dan kebaikan diri kita sendiri. Konon, masyarakat Indonesia disebut-sebut sebagai masyarakat yang gemar berdana dan pemurah (“murah hati” serta gemar mengulurkan tangan untuk menolong). Faktanya, untuk hal-hal yang sederhana yang ada di depan mata, seperti bersikap sabar terhadap warga maupun pengguna jalan lainnya, “sumbu” masyarakat kita di Indonesia sungguh pendek dan mudah tersulut—sedikit-sedikit “main kekerasan fisik”, seolah tidak ada cara lain untuk menyelesaikan sengketa tanpa perlu bersengketa.

Waktu yang Tepat, Orang yang Tepat, dan Kata-Kata yang Tepat

SENI PIKIR & TULIS

Mengumbar Ajaran Suci kepada yang Tidak Mampu Menghargai Ajaran Suci, sama artinya menjadikan Sampah Ajaran Suci tersebut bak Sampah yang Berceceran di Jalan dan di Tong Sampah

Ajahn Mun (Acariya Man), seorang bhikkhu tradisi hutan di Thailand yang bersama Ajahn Sao menghidupkan kembali budaya bhikkhu yang hidup dan berlatih di dalam hutan rimba (duthangga), akan bungkam seribu bahasa ketika mendapati bahwa lawan bicaranya tidak menaruh sikap respek terhadap Dhamma. Sehingga, ketika orang tersebut sekalipun mengajukan pertanyaan perihal Dhamma, Ajahn Mun tidak akan menanggapi ataupun memberikan jawaban sepatah kata pun, bungkam seribu bahasa, karena Ajahn Mun mengetahui dan dapat membaca pikiran orang lain, bahwa pertanyaan diajukan namun yang bersangkutan tidak membuka kedua telinganya untuk mendengarkan jawaban, alias bertanya namun menutup telinga dari jawaban pihak yang ditanya, hanya akan membuat Dhamma dilecehkan.

Cara dan Kiat Memiliki Pelanggan Setia, Pahami PSIKOLOGI KONSUMEN

SENI PIKIR & TULIS

Investasi Jangka Panjang Pelaku Usaha, Rawat dan Jaga Pelanggan Anda lewat Pelayanan yang RAMAH dan SABAR

Terkadang, bukan soal produk barang atau jasa yang dijual oleh suatu pelaku usaha (penyedia barang maupun jasa) yang menjadi faktor penentu ada atau tidaknya minat masyarakat ataupun calon konsumen untuk memutuskan menjadi pelanggan atau tidaknya—namun pendekatan, cara menyajikan, serta pelayanan dan ketulusan dalam melayani semisal keramahan dan kesabaran. Ulasan ini disusun dari perspektif konsumen, dimana bila para pembaca merupakan seorang pelaku usaha penyedia barang ataupun jasa, bahasan dalam kesempatan ini menjadi sangat penting untuk disimak karena faedahnya aplikatif untuk diaplikasikan.